Puisi Irwan Effendi
IDUL FITRI
lengkahku resah meninggalkannya
sejujurnya hati ini
belum terlalu bersih kubasuh
apakah aku layak terlahir kembali
seperti kain putih
aku belum benar-benar suci
Tuhan, izinkan aku bertemu
denganya esok hari.
Medan, September 2009
MINAL AIDIN WALFAIDZIN
selembar maaf tak mampu terucap
bibirku terlalu pengap
seharusnya sudah kubakar
bekas pertengkaran kita kemarin
sebelum kulangkahkan kaki
menemui wajah-wajah palsumu
di hari fitri
sanggupkah aku membungkuk
di hadapanmu lagi
Tuhan
aku berdosa
untuk sekadar memeluk tubuhnya.
Medan, September 2009
DI HARI LEBARAN
tanganku, tanganmu
berlomba-lomba menjulurkan maaf
tak tahu aku
ikhlas atau tidak
wajahku, wajahmu
berlomba-lomba
saling tersenyum
ah, kenapa kemarin
kita saling menikam
kini kita seperti saudara
ingin selalu bercanda dan tertawa
Tuhan, ini hari apa?
aku benar-benar
tak mencium wangi surga.
Medan, September 2009
SANG PENDOSA
maaf pak, maaf bu
hari ini aku belum pantas
bersimpuh di kakimu
rasanya kita masih seperti dulu
amarahmu masih menguap
lukamu masih mengendap
sulit kulunakkan
tunggulah esok
saat nafasmu mulai tenang
akan kubuatkan semangkuk sup
dari air mata yang kurajam.
Medan, September 2009
M. Raudah Jambak
Persetubuhan 1
sebatang pena menari di mataku
perutnya memuntahkan gambarmu
dengan garis-garis hitam-putih
tak menentu
selembar tanganku menangkap
wajahmu yang penuh kerut itu
ada bekas garisgaris penuh rahasia
berwarna luka
sebatang pena menyetubuhi lembar tanganku
ada bayi yang lahir dan tertidur pulas di sana
aku menamakannya buah cinta
Medan, 2009
Persetubuhan 2
persetubuhan hujan dan matahari
melahirkan aku yang bernama pelangi
mendung wajah bumi tak menghadirkan
sorak ceria anak-anak di teras rumah
persetubuhan hujan dan matahari
melahirkan ragu di mata mereka
dengan irama geram yang tergenggam
dari mulut-mulut terkatup
persetubuhan hujan dan matahari
melahirkan rindu di muka pintu
sebab wajah yang selalu di tunggu
tak jua datang bertandang
Medan, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar