Pendidikan Indonesia Terbaik di Dunia?
May 23rd, 2007 | EducationPendidikan terbaik di dunia? Bukan Harvard, bukan Amerika, juga bukan Inggris, apalagi Indonesia — melainkan Finlandia, negeri yang paling tidak korup di muka bumi ini. Hebatnya, Finlandia tak cuma jagoan mendidik anak-anak “normal,” tapi juga unggul dalam pendidikan bagi anak-anak yang lemah mental. Pendek kata, Finlandia berhasil membuat seluruh anak didiknya cerdas — tak peduli yang normal atau yang lemah mental.
Finlandia mengalahkan 40 negara lain di dunia berdasar survei PISA yang dilakukan oleh OECD tahun 2003. Tes komprehensif dilakukan melalui pengukuran kemampuan mathematics, reading, science, dan problem solving yang nantinya ditujukan untuk peningkatan kualitas sistem pendidikan. Tes ini dilakukan per tiga tahun — tes terakhir dilakukan pada tahun 2006 dan hasilnya baru akan keluar akhir 2007. Mau tahu di mana posisi Indonesia?
Perolehan Skor
Mathematics (rata-rata 484,84)
- Hong Kong-China (550,38)
- Finlandia (544,29)
- Korea Selatan (542,23)
- Belanda (537,82)
- Liechenstein (535,80)
- …..
- …..
- Brazil (356,02)
- Tunisia (358,73)
- Indonesia (360,16)
- Mexico (385,22)
- Thailand (416,98)
Reading (rata-rata 480,22)
- Finlandia (543,46)
- Korea Selatan (534,09)
- Kanada (527,91)
- Australia (525,43)
- Liechtenstein (525,08)
- …..
- …..
- Tunisia (374,62)
- Indonesia (381,59)
- Mexico (399,72)
- Brazil (402,80)
- Serbia (411,74)
Science (rata-rata 487,77)
- Finlandia (548,23)
- Jepang (547,64)
- Hong Kong-China (539,50)
- Korea Selatan (538,43)
- Liechtenstein (525,18)
- …..
- …..
- Tunisia (384,68)
- Brazil (389,62)
- Indonesia (395,04)
- Mexico (404,90)
- Thailand (429,06)
Problem Solving (rata-rata 485,20)
- Korea Selatan (550,43)
- Hong Kong-China (547,89)
- Finlandia (547,61)
- Jepang (547,28)
- Selandia Baru (532,79)
- …..
- …..
- Tunisia (344,74)
- Indonesia (361,42)
- Brazil (370,93)
- Meksiko (384,39)
- Turki (407,53)
Skor Total (rata-rata 484,51)
- Finlandia (545,90)
- Korea Selatan (541,29)
- Hong Kong-China (536,83)
- Jepang (531,79)
- Liechtenstein (528,87)
- …..
- …..
- Tunisia (365,69)
- Indonesia (374,55)
- Brazil (379,84)
- Meksiko (393,56)
- Thailand (422,73)
Resep Sukses Finlandia
Dari segi anggaran, Finlandia agak sedikit lebih tinggi dari negara lain — walau bukan yang tertinggi. Kegiatan sekolah juga hanya 30 jam per minggu. Tapi guru-guru di Finlandia adalah pilihan dengan kualitas terbaik. Untuk menjadi guru jauh lebih ketat persaingannya ketimbang melamar Fakultas Hukum atau Kedokteran. Guru juga diberi kebebasan dalam kurikulum, text-book, hingga metode pengajaran dan evaluasi.
Sistem pendidikan Finlandia memang unik. Remedial tidak dianggap sebagai kegagalan tapi untuk perbaikan. Orientasi dibuat untuk tujuan-tujuan yang harus dicapai. Penekanan ada di proses, bukan hasil. PR dan ujian tak musti dikerjakan dengan sempurna — yang penting murid menunjukkan adanya usaha. Ujian justru dipandang sebagai penghancur mental siswa.
Sejak awal, murid diajari bertanggung jawab mengevaluasi dirinya sendiri. Mereka didorong untuk bekerja secara independen. Guru tidak mesti selalu mengontrol mereka. Proses pembelajaran berjalan dua arah. Suasana sekolah boleh dibilang jadi lebih cair, fleksibel, dan menyenangkan. Namun efektif.
Guru juga tak pernah mengkritik murid yang justru dinilai membuat murid malu dan menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Murid “boleh” berbuat kesalahan, namun guru akan memintanya untuk membandingkan dengan hasil sebelumnya. Memang tak ada sistem ranking di sini sehingga siswa merasa confident dan nyaman terhadap dirinya. Ranking dipandang hanya membuat guru berfokus pada murid-murid terbaik saja, bukan ke seluruh murid.
Finlandia sukses menggabungkan kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Di Finlandia, perbedaan antara murid berprestasi baik dan murid yang kurang sangatlah kecil. Kata seorang guru di Finlandia, “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang murid, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!”
Sedangkan di Indonesia malah ada sejumlah guru dan kepala sekolah yang dengan bangga tidak menaikkelaskan anak didiknya. Gagal mendidik kok bangga.
Pendidikan di Indonesia
Menikmati pendidikan belasan tahun di Indonesia membuat saya miris. Penilaian berorientasi hasil, bukan proses. Pembinaan mengabaikan EQ dan SQ. Isinya hafalan, cara cepat membabat soal, dan “ilmu” yang ketika diingat malah makin membuat lupa — tanpa penekanan soal pemikiran kritis dan pembentukan sikap mental positif. Trilogi dasar aspek pendidikan kognitif-psikomotor-afektif (sengaja?) diabaikan.
Di Indonesia, kualitas guru di Indonesia juga masih (maaf) memprihatinkan. Lulusan sekolah menengah yang jempolan biasanya lari ke tempat yang mentereng: Ilmu Kedokteran, Teknik, Ekonomi, dan sebagainya. Praktis, mereka yang masuk Ilmu Pendidikan adalah “sisa” yang gagal bersaing masuk ke jurusan elit.
Contoh lain adalah UAN yang baru saja lewat beberapa waktu lalu. Sesuai PP 19/2005, UAN adalah indikator kelulusan. Namun banyak yang menilai UAN tak bermanfaat karena hanya mengkondisikan penyelewengan — demi anak didik dan sekolah terangkat citranya. Guru, kepala sekolah, dan bahkan pejabat daerah terlibat jadi tim sukses. Passing grade ditetapkan, tapi sarana, prasarana, dan sumberdaya belum terkondisikan. Begitu hasil jeblok, segala cara agar murid lulus, bukan dengan introspeksi. We want to look good, but didn’t want to be really good.
Sebagian menyayangkan jerih payah tiga tahun hanya ditentukan dalam tiga hari. Banyak murid cerdas diterima SPMB Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru, tapi gagal dalam UAN. Murid cerdas justru terbebani mentalnya. Apalagi, andaikata tak lulus, mereka musti mengulang Paket C yang prestisenya kalah jauh. Dorongan belajar pada akhirnya justru sulit dibangkitkan dan hasil maksimal mustahil diperoleh.
Di sisi lain, kualitas pendidikan memang sedemikian rendahnya. Dengan passing grade yang cukup rendah dibanding negara tetangga, masih banyak juga yang tidak lulus. Ketika ada wacana untuk menaikkan standar, protes di sana-sini. Solusinya? Mungkin kembalikan saja ke sistem Ebtanas lama yang dirasa lebih “fair” dan tidak mengundang banyak masalah — sembari menunggu format UAN yang benar-benar pas buat negeri ini.
Atau, sebelum UAN, misalnya sekolah mengadakan seleksi intern sehingga hanya benar-benar murid yang siap yang bisa mengikuti UAN. Atau, UAN dilakukan dengan beberapa passing grade: yang nilainya sekian bisa mendaftar S1, yang sekian hanya bisa mendaftar diploma, yang kurang bisa mengulang tahun depan. Di Singapura, hanya murid tertentu yang qualified yang bisa lanjut S1, sementara sisanya masuk ke program diploma/poltek (atau TAFE kalau di Australia).
Atau, mencontek di negara maju, murid yang lulus UAN mendapat ijasah UAN, sementara yang tidak hanya memperoleh ijasah sekolah atau tanda tamat belajar. Di Inggris misalnya, setelah pendidikan wajib 16 tahun, murid bisa langsung kerja atau ambil A-Level selama dua tahun untuk persiapan kuliah. Di akhir program ada tes nasional dimana murid yang mendapat nilai A pada mata pelajaran utama bisa langsung masuk universitas favorit seperti Oxford, Cambridge, Imperial College, dan sebagainya.
Yang jelas, jika KBK/KTSP diterapkan, kita semua musti konsisten. Evaluasi harus berdasarkan proses. UAN tak perlu dipaksakan sebagai penentu kelulusan. Tapi sejauh mana kesiapan kita (terutama di daerah) untuk menerapkannya? Itu PR kita bersama.
Conclusion
Asumsikan 1 persen dari jumlah warga negara adalah jenius, maka “seharusnya” ada 2,2 juta orang berbakat di Indonesia. Masalahnya, bagaimana menemukan mereka, mengasah mereka, memberi mereka kesempatan, supaya mereka bisa mengembangkan potensinya. Indonesia bagus di fisika dan matematika. Indonesia juga jagoan badminton. Ada juga Crhisjon yang jago tinju. Ada juga anak pedagang rokok yang meraih juara dunia catur. Ada juga yang bisa menemukan ion motion control di elektrolit. Patut disayangkan mengapa pemerintah masih cuek dan belum piawai dalam mengasah intan mutu manikam.
Hipotesis sementara saya, pendidikan informal (dalam hal ini keluarga) masih jadi unsur terpenting untuk membentuk pribadi yang unggulan selama pemerintah belum mampu membangun sistem pendidikan yang benar-benar mumpuni. Keluarga jugalah yang jadi benteng melawan budaya instan dan pengaruh negatif lingkungan. Dan hipotesis alternatif saya, murid-murid SMP-SMA tak seburuk yang ditulis di media. Pengaruh 18.00-21.00 yang jauh lebih kuat daripada masa studi 7.00-13.00 juga jadi salah satu faktor yang mendistorsi kualitas mereka sebenarnya. Wajar kalau di Finlandia, sewaktu istirahat para guru dan muridnya bermain LEGO robotic. Sementara di Indonesia, murid-murid lebih suka ngerokok, pacaran, atau tawuran sewaktu istirahat.
Anyway, sekadar cerita di sebuah rumah sakit umum di Los Angeles, ada dua kamar bersalin yang saling bersebelahan. Yang satu adalah kamar VIP sementara kamar di sebelahnya kelas ekonomi dimana pasiennya negro. Hebatnya, semua diperlakukan dengan standar yang sama. Dokter dan suster melayani dengan tulus, menyambut kelahiran dengan bahagia, dan langsung menguruskan dokumen kelahirannya. Pemerintah federal juga memberikan susu dan makanan bayi selama 3 tahun. Kata mereka, “orang tuanya sih boleh miskin dan uneducated, tapi si jabang bayi ini nggak boleh miskin dan nggak boleh uneducated.”
Terkadang, kembang di kebun tetangga memang lebih pink. Dan bini tetangga juga lebih sip. Loh :D
[ BC Blog Competition – KE]
January 2nd, 2008 at 8:30 pm
July 22nd, 2008 at 9:27 am
October 8th, 2008 at 6:37 am
January 15th, 2009 at 10:58 am
April 12th, 2009 at 10:16 am
January 18th, 2010 at 10:39 am
January 27th, 2010 at 12:52 pm
June 5th, 2010 at 7:16 am
Comments
May 23rd, 2007 at 7:47 am
hmm.. Tunisia itu dimana ya?. afrika ya..
*ngeliat daftar total …
May 23rd, 2007 at 9:12 am
Pemerintah memang punya kekuasaan penuh untuk merubah bangsa ini menjadi lebih terdidik. Tapi jika bangsa bodoh yang diinginkan agar bisa terus menerus dibohongi, wah susah juga menjadikan Indonesia masuk jajaran negara terdidik
May 23rd, 2007 at 9:34 am
Jadi ingat Om MDAMT (aksi.mdamt.net) di Finlandia sono..
Mungkin bisa nambahi om ..;-)
May 23rd, 2007 at 9:36 am
wah, saya sepakat dengan yang disampaikan pada conclusion diatas. pendidikan keluarga-lah yang menjadi pilar utama, setidaknya di tengah jagad pendidikan indonesia yang ‘kacau’.
namun, kalau bini tetangga lebih sip, waduh..gimana ya? :D
*salamkenal
May 23rd, 2007 at 12:08 pm
“Terkadang, kembang di kebun tetangga memang lebih pink. Dan bini tetangga juga lebih sip.” haha
setuju deh dengan mas nofieiman, tp emangnya Indonesia sudah mampu mencakup semua potensi-potensi yang ada dalam keadaan skrg? Menurut saya sih, mungkin standarisasi seperti UAN atau SPMB betul-betul diatur format-nya. Seperti SAT di Amrik sana hehe.
Atau ada hubungannya dengan ideologi politik? soalnya negara social liberal seperti negara Skandinavia juga dikategrikan sebagai negara paling enak buat bekerja dan hidup. Lupa baca dimana..
May 23rd, 2007 at 1:13 pm
Sependapat dengan Mas Nofie Iman, kalo yang penting itu proses bukan hasil. Selain itu, di Indonesia yang lebih ditekankan adalah ilmu exactnya daripada EQ. Jadi, ada murid yang ketika dia di sekolah dia menjadi murid unggulan, tetapi ketika dia keluar dari sekolah ternyata kesulitan untuk berosialisasi.
May 23rd, 2007 at 8:09 pm
sebenernya simpel, pernah baca buku “Orang Miskin Dilarang Sekolah” ?
itu aja salah satunya. faktor UANG tetep #1 dalam masalah pendidikan di endonesia.
May 23rd, 2007 at 8:44 pm
Karena pegawai negeri Indonesia sulit banget berhentinya.
Kalo dapet masalah jarang banget deh yang sampai dipecat. Inilah yang membuat bangsa kita terpuruk. Orang-orang yang salah tetap dipertahankan. Termasuk guru yang misalnya melakukan tindakan kekerasan melebihi batas kewajaran pada para siswanya dapat tetap mengajar.
May 24th, 2007 at 1:06 am
Asli mas, saya miris kalo membaca apa aja soal pendidikan di tempat kita…
parahnya, saya seperti ga bisa ikut membenahinya :(
*Pendidikan (di Indonesia) adalah komoditas*
May 24th, 2007 at 1:49 am
Saya ingat guru2 saya dulu di smp…Pemarah karena murid terlalu kritis…akhirnya murid gak berani tanya lagi..sampai tamat… motovasi guru di Indonesia hanya mendapatkan gaji bukan meningkatkan kualitas…. kalau menurutku pendidikan indonesia mencipatak kebingungan yang berkelanjutan..secara turun temurun…gak lucu seorang lulusan sarjana bingung cari kerja dan gak bisa berusaha…ini sarjananya kacau atau dosenaya yang o on…
pemeritah kita masih seneng mikirin tabungan paska jabatan…
Akkh..inilah Indonesa yang punya jati diri…
May 24th, 2007 at 3:14 pm
Tidak semua guru berfokus pada materi. Masih banyak yang lebih berusaha meningkatkan kualitasnya untuk memberikan yang terbaik untukanak didiknya. Hanya saja kendalanya adalah faktor di luar individu itu sendiri, bisa lembaga tempat dia bekerja atau orang-orang yang berada di komunitas itu sendiri. Sekarang ini, figur guru sudah banyak berubah kok. Mereka bukan lagi orang-orang yang terpaksa menekuni profesinya, dan sebagian besar mereka mempunyai minat dan semangat yang tinggi terhadap profesi yang dijunjungnya.
May 24th, 2007 at 3:15 pm
Tidak semua guru berfokus pada materi. Masih banyak yang lebih berusaha meningkatkan kualitasnya untuk memberikan yang terbaik untukanak didiknya. Hanya saja kendalanya adalah faktor di luar individu itu sendiri, bisa lembaga tempat dia bekerja atau orang-orang yang berada di komunitas itu sendiri. Sekarang ini, figur guru sudah banyak berubah kok. Mereka bukan lagi orang-orang yang terpaksa menekuni profesinya, dan sebagian besar mereka mempunyai minat dan semangat yang tinggi terhadap profesi yang ditekuninya.
May 24th, 2007 at 6:24 pm
Memang agak sulit bagi sekolah Indonesia untuk maju ke depan, karena banyak sekolah didirikan karena tergiur akan keuntungan tanpa didukung kualitas. Para pendidikpun masih kurang mampu berinteraksi dengan anak didik mereka sehingga sering terjadi otoriter sehingga membuat anak didik takut untuk berinteraksi dan menyampaikan pendapat sendiri, padahal jika seorang anak didik mampu menyampaikan sebuah pendapat akan dapat memacu imajinasi mereka. Semoga sekolah yang ada di Indonesia dapat berbenah diri.
May 25th, 2007 at 12:06 am
boro 2 mau maju …
padahal ” katanya ” budget pendidikan udah 20%
oh indonesia…
Kapan majunya
May 25th, 2007 at 2:40 am
Don’t worry – Saya tinggal di Amerika sejak tahun 1982 [ 25 tahun ] – Sama aja : Yang goblog . . . goblog, yang pinter . . . pinter . . .
May 25th, 2007 at 4:26 pm
Dear Sir !
I want to know about: Richmark international Ltd,Akara building,24 de castro street,wickhams cay 1,Road Town,Tortola,Bvi.
Could you help me? Please.
Could you send for me information this company?
Thank you somuch.
BestRegard.
May 26th, 2007 at 3:13 pm
Saya kira ini salah satu kuncinya :
Perlu ada rekayasa untuk menggiring situasi pendidikan Indonesia ke arah ini
May 26th, 2007 at 7:25 pm
Hmm…
Saya lihat, Sistem Pendidikan di Finlandia tidak jauh berbeda dengan Sistem Pendidikan di Indonesia…
Hmm…
Waxaxaxaxax…. :D
Hai om, BTW, syukur deh diapdet lagi :D
kontenna mang sep…!! :D
May 28th, 2007 at 11:45 am
ehm …
Kalo diliat kayanya skor indonesia di bawah rata-rata ya? tapi whatever alhamdulillah masih ada yang juara olimpiade fisika kok. paling tidak itu menunjukkan bahwa ada usaha kerja sama dari murid dan guru untuk menjadi lebih baik …
Saya kadang melihat tayangan di TVRI yang menceritakan bagaimana guru-guru di daerah, banyak contoh di daerah IDT ( masih inget I De Te ga ….? yang tertinggal itu lhoh !!!) yang benar-benar berusaha meningkatkan kualitas pendidikan murid dan sekolahnya. Mereka itu kelihatannya ikhlas2 kok … jadi yang sedikit tp berkualitas itu insya Allah masih ada. Mudah2an yang gak keliatan lebih banyak lagi !!! Amin …
Tapi ya gimana ya, lha wong yang mencari jalan pintas untuk menjadi kaya dengan melalui berbagai macam kontes juga banyak. Mungkin banyak orang berpikir (termasuk para wakil kita di DPR ato yang di pemerintahan) ngapain repot-repot belajar (dibaca memikirkan sistem pendidikan nasional) kalo dengan ikutan AFI ato Idol ato jadi model ato yang lainnya sudah bisa ‘menghasilkan’ …..
Sekolah mah kelamaan atuh …..
May 29th, 2007 at 8:58 am
setujuuu……… :) @ Naya
May 29th, 2007 at 12:31 pm
Wajar apabila kita prihatin dengan sistem (atau apalah namanya) pendidikan bangsa ini. Tapi, sekarang nampaknya pintu-pintu baru untuk pendidikan yang lebih integral untuk suatu SDM sudah mulai terbuka. Indikasi konkretnya misalnya adalah TK yang memakai sistem sentra, SD terpadu dengan sistem kelas inklusi (tidak memisahkan anak normal dan -maaf- ‘selain’ normal), atau kalau mau lebih meyakinkan, metode homeschooling juga bisa dilirik.
Apapun bentukannya adan bagaimanapun sistemnya, belajar itu adalah menyenangkan dan pendidikan terbaik mustilah didapatkan dari rumah.
Ayo teteup belajar … :)
May 30th, 2007 at 4:30 pm
satiap guru punya cita2 yang murni tuk mendidik anak,tapi setiap guru dan anak didik punya kualitas yang berbeda dan terbatas,anak didik yang yang punya keinginan tinggi tuk belajar akan sangat beruntung jika menemui guru yang sama kualitas tuk berkembang dan sebaliknya anak yang pinter dan punya keinginan yang tinggi akan sangat tidak beruntung jika menemui guru yang kurang berkualitas dalam mengajar dan hasilnya malah membingungkan dan jadi anak yang pembantah karena kepuasannya kurang.
adakalanya juga ada anak yang lemah kemampuannya diajar oleh guru yang bagus kualitasnya,dan sabar dalam mengajar dan hasilnya jadi memuaskan dan ada juga anak didik yang lemah kemampuannya dan dididik guru yang ndak bagus kemampuannya dan malas dan hasilnya anak yang putus asa dan bertambah lemah kemampunnya.
jadi nich.kuncinya guru harus bener2 yang berkualitas dan sabar dalam mendidk.
May 30th, 2007 at 4:52 pm
Guru tanpa balas jasa………………..let your heart feel and ask your mind to say in logic,…….??? pemerintah indonesia tingkatkan dana pendidikan indonesia,perhatikanlah kesejahteraan mereka,saya sebagai warga negara indonesia yang pernah jadi anak didik yang baik sangat mengakui dan salut terhadap para guru di indonesia,,mereka guru dan banyak sekali tuntutannya;keluarga bagi yang sudah nikah dan bagi yang belum nikah adalah tuntutan tuk credit sepeda agar bisa sedikit hidup mewah…sebenarnya ini ndak etis secara pribadi aku tulis tuk kredit sepeda tapi itulah kenyataannya..
saya belajar di india 2 tahun dan banyak hal2 yang aku dapat dari sana pendidikan memuaskan ,bagus,kualitas guru bagus,dan yang sangat bagus adalah tuk buku sangat di jual murah dan tuk poto kopy di india memang sengaja dibuat mahal jadi anak didik lebih diminta tuk beli buku asli dari penerbit.indonesia kenapa buku dijual mahal dan uasahakan selalu mengikuti edisi buku baru
really amazing anak didik disana tuk baca sangat kuat.
May 30th, 2007 at 6:38 pm
Pendidikan di Indonesia rendah?…. ya mungkin saja, tapi kalau orang Indonesia secara umum saya rasa justru adalah orang-orang yang sangat beruntung mendapat kelebihan dalam kemampuan berpikir, sudah beberapa negara saya singgahi, anak saya selalu mendapat peringkat 1 dimanapun dia bersekolah, hal serupa juga saya perhatikan jika ada beberapa anak Indonesia di suatu sekolah, pasti mereka langganan juara…..tanya kenapa?
June 3rd, 2007 at 8:55 pm
kita lebih banyak menghabiskan waktu memikirkan dana pendidikan ketimbang penelitian dan perbaikan kualitas SDM
June 5th, 2007 at 7:32 am
mw ngubah pendi2kan!?!?
tepat nya di indonesia?!
harusnya mulai dari 0 dan wajib konsisten..
emang s yg namanya pandidikan itu berkembang,,tapi ttp punya garig besar/umum yang sama..jadinya berkesinambungan..
mw lihat sekarang?!
ganti kabinet, ganti kurikulum..
yang jd pelajar bingung,,apa lagi yang lagi masa tengah belajar..(kalau baru masuk sekolah sih g masalah ma perubahan kurikulum..)
siswa yg tengh belajar: “bu guru kok materinya beda?!”
ibu guru:”g tw,,ktanya gini ywd..ibu jg g ngerti materi ini,,kmu baca drumah aj ya,,tanya ortu kamu,,ato sapa kek..pokoknya materinya gitu aj”
dari wacana di atas kita jg bisa lihat ketidak peduliannya guru,,
munkin,saya pribadi jg merasa,ngapain saya repot2,anak org,saya sudah MENGAJAR,,dan saya dpt gaji,,
MENGAJAR dan MENDI2K itu berbeda,,
mw tw?!
cari sendiriiiiiiiiiiii ^_^
*salam kenal*^_~
June 7th, 2007 at 2:25 pm
jika gurunya aja kaya di IPDN, pasti hebat.
guru perempuannya berpeluk ria dengan muridnya.
belum yang lain-lain.
terus setelah lulus dari system pendidikan seperti itu
menjadi pimpinan, entah lurah atau camat.
masih mau-kah orang-orang indonesia dipimpin oleh
hasil didikan seperti itu ?
bahkan system seperti itu katanya masih diperlukan di negeri ini.
itulah enaknya pendidikan di sini.
June 10th, 2007 at 1:59 am
Mr. Nofie, terima kasih atas info yang sangat cemerlang.
Saya agree dengan banyak hal dalam tulisan anda.
Saya sekarang mencoba untuk mendidik anak seperti alternatif-alternatif
yang anda deskripsikan. Dan tantangannya banyak.
The big barriers adalah dari lingkungan terdekat; keluarga.
Apalagi yang masih extended family (kayak kami gitu lho..), but tidak ada
salahnya untuk dicoba. Jangan terpengaruh dengan slogan iklan : ” untuk
anak kok dicoba-coba..”.
Anak memang bukan kelinci percobaan, tapi orang tua harus melakukan percobaan untuk the best future. So.. harus ada kesepakatan, harus ada kesadaran and also kesabaran. tq.
June 12th, 2007 at 1:26 am
I agree in most of your opinion. Dan melihat dari respon teman2 semua jg sadar dg kondisi pendidikan di negara kita dan pertanyaannya apakah kita bisa melakukan sesuatu thd hal ini? … Mungkin mengharapkan perubahan yang drastis agak susah ya…berhubung hal ini dah berakar dan susah dibenahi. Yang bisa kita lakukan ada yang ada di lingkungan terdekat kita,… minjem istilah Steven Covey… within our circle of influence… saya sudah menerapkan thd anak2 saya beberapa hal yang menurut saya cukup significant, seperti masalah Ranking di sekolah. Saya tidak akan menggunakan Ranking untuk mengukur keberhasilan mereka, melainkan lebih kepada kemampuan mereka bersosialisasi, berpikir kreatif, problem solving, berlatih mandiri dan hal2 lain yang saya rasa akan jauh lebih bermanfaat di kehidupan mereka nantinya, tentu saja tanpa mengecilartikan pentingnya pendidikan akademis.
Satu hal lagi, mungkin jika masyarakat kita sudah bisa memandang tinggi profesi guru seperti kita memandang profesi seorang Dokter atau Pengacara, akan lebih banyak lulusan SMA yang berkualitas berminat memilih Ilmu Pendidikan. Sederhana saja, dari jaman kita kecil sampe sekarang, setiap ada orang yg bertanya kepada anak kecil, “cita-citanya mau jadi apa?”…. akan sangat jarang sekali kita mendengar jawaban “jadi guru”….
Jadi, hal ini juga mungkin bisa merupakan hal yang bisa kita lakukan di dalam “circle of influence” kita…. try to shift our paradigm…
June 13th, 2007 at 9:15 am
btw soal sistem pendidikan …
ada yang pernah baca laskar pelangi dan sang pemimpi tulisan andrea hirata ???
bukan mau promosi … tapi menurut saya buku itu bagus untuk dibaca !!!
korelasi langsung dan positif antara buku itu dengan sistem pendidikan indonesia memang tidak serta merta ‘ada’, tapi pesan yang disampaikan paling tidak begini : … dibutuhkan orang-orang dengan kemauan dan kemampuan berjuang sangat tinggi untuk mendobrak benteng kebodohan dan kemiskinan serta melawan keberpihakan sistem pendidikan kita pada orang-orang kaya …
dan ternyata … di daerah-daerah miskin itu, masih ada pribadi-pribadi ikhlas yang Allah turunkan untuk menyingkap kabut kebodohan dan kemiskinan. Merekalah mutiara-mutiara ….. intan permata yang tiada tara harganya. Semoga Allah menganugerahkan kepada para guru yang ikhlas pahala yang tiada putusnya. Amin :)
June 19th, 2007 at 2:40 pm
Tapi yg paling penting adalah watak dari masyarakat terhadap pendidikan itu sendiri, banyak juga yg udah nikmatin bangku pendidikan tapi malah nyia2in itu, dan juga banyak beasiswa bertebaran tapi kok gk diambil, MISKIN bisa jadi alasan untuk tidak mengenyam bangku pendidikan tapi bukan alasan untuk tidak menjadi orang pintar dan cerdas, buktinya temen2 gue banyak yg bisa kuliah hanya dengan modal dengkul(jadi kuli/Offie boy di kampusnya) dan ternyata mereka justru punya kualitas yang lebih daripada mahasiswa lainnya yang bisa kuliah dengan biaya ortu mereka.
INGAT WATAKNYA DULU DIRUBAH.
HARI GINI MASIH BERHARAP PADA
PEMERINTAH,CAPEEEEEE DEEEEEEHHHHH.
June 20th, 2007 at 3:31 pm
Saya sekarang sedang menempuh S3 di Finlandia. Berdasarkan pengalaman saya, kemandirian mahasiswa disini memang bagus. Mahasiswa lebih banyak termotivasi untuk menunjukkan hasil mereka sendiri selama proses pembelajaran walaupun kadang banyak kekurangan, namun mereka memiliki kemauan untuk belajar. Saya belum pernah mendapati teman2 ada yang tidak mengumpulkan tugas pada waktunya. Namun saya percaya, kemampuan kita tidaklah dibawah negara lain. Buktinya ada yang menang olimpiade Fisika, penemu kendali gerakan ion dalam elektrolit, malah saya terharu sekaligus bangga karena ada anak penarik bajaj dan pedagang rokok menang Catur tingkat dunia. Sama dengan nasib saya dulu semasa kanak2 yang tiap hari tidur didalam gerobak karena ibu dan ayah saya seorang pembuat stempel. Hal pertama yang selayaknya diperbaiki adalah sistem pembelajaran yang ada sekarang cenderung berorientasi hasil dan bukan pada proses, malah ada kelas2 khusus anak2 pintar, itu membunuh siswa yang lain. Semoga dan saya yakin kita punya harapan karena secara bahan baku kita tidak kalah.
June 30th, 2007 at 7:38 pm
liat judulnya ajah sayah langsung mbatin..
“ndak mungkeeeennn…”
July 6th, 2007 at 9:43 am
Sedangkan di Indonesia malah ada sejumlah guru dan kepala sekolah yang dengan bangga tidak menaikkelaskan anak didiknya. Gagal mendidik kok bangga
ini saya setuju!!
July 7th, 2007 at 5:18 pm
sangat inspiratif tapi masalahnya kita juga sih yang membentuk sistem jadi korup,kalau saya terusterang ngga percaya sistem apapun di negri ini bakalan bagus tapi karena saya tidak punya pilihan jadi saya cuma berusaha ngumpulin duit sedikit2 buat ngikutin saran Nabi Muhammad SAW untuk ngirim belajar anak saya ke Cina
July 13th, 2007 at 11:40 am
pendidikan di indonesia kurang maju….kenapa saya berpendapat demikian karna di sebagian daerah terkhususnya di daerah terpencil atau daerah yang kurang merasakan pembangunan(terlebih wilayah TIMUR INDONESIA), ,tenaga pengajar/guru sangat minim sehingga tingkat pengetahuan dan pendidikan anak-anak disana jauh ketinggalan dari daerah lain…..
July 24th, 2007 at 4:45 pm
itu mah survei doang kaleee
belum tentu bener…
nyatanya anak2 pinter banyak di indonesia, walopun sebagian matanya sipit , hehehehe
August 11th, 2007 at 3:32 am
sebetulnya Indonesia pinter2 kok. Atau aku aja yang bodoh ya.. hehehe
October 29th, 2007 at 3:22 pm
yub,,aQ setuju banget,,indonesia kaya akan SDM dan SDA tapi bener2 ga bisa dibayangkan,Qt yang punya negara begitu luas kualitas pendidikan begitu jauh dibawah standar. Kalo negara lain begitu sadar kalo SDM lah penentu kemakmuran rakyatnya, makanya sekolah di LN pada gratis semua. Bener2 indonesia harus diperbaiki dari dalem dulu dehh,,aq juga setuju ma hospital examplenya masalahnya aq ad experience di RSUD Dr.soetomo coz nenekQ pena dirawat dist,,bener2 perlakuan yang dibedakan antara kelas ekonomi dengan VIP, karena perlakuan yang tidak manusiawi akhirnya keluargaQu memutuskan untuk pakek kamar VIP buat nenekQ. Hal seperti ini bisa buat indonesia ga’ akan pernah maju kalo’ strata masyarakat selalu dibeda-bedakan..
Ok that’s my comment thanks anyway..
November 18th, 2007 at 10:10 am
ya begitulah………………..
November 21st, 2007 at 6:22 am
Indonesia sebetulnya punya banyak anak cerdas. Pengalaman gw selama ini merhatiin anak2 Indonesia yg pindah sekolah ke negara2 lain, rata2 anak2 kita jadi bintang kelas, di pelajaran matematika khususnya kita terlihat menonjol.
Sayang memang sistem pendidikan di Indonesia kurang kondusif dan akomodatif bagi perkembangan siswa. Biaya sekolah sangat mahal, membuat banyak siswa berotak brilyan terbuang percuma potensinya hanya karena tak mampu bayar uang sekolah. Selain itu, sekolah di Indonesia terlalu mementingkan hapalan dan kecerdasan akademis siswa, bukan menggali potensi dan bakat siswa.
Saya pribadi tidak setuju jika guru2 hanya memperhatikan siswa yang cerdas secara akademis. Tuhan sudah menganugerahkan manusia dengan berbagai kemampuan yang berbeda. Mungkin yang tidak pandai matematika ternyata berbakat melukis atau olahraga, misalnya. Nah mestinya guru bisa menilai dan menghargai potensi ini serta berupaya mendorong murid untuk mengembangkannya. Siapa tau dia bisa jadi pelukis terkenal atau juara dunia salah satu cabang olahraga. Sudah waktunya ada revolusi pendidikan di Indonesia. Jangan beralasan penduduk di Indonesia terlalu banyak untuk diurus. India dan China yang penduduknya besar saja bisa memberikan pendidikan yang baik buat warganya. Kenapa kita nggak?
November 25th, 2007 at 1:31 pm
gwe jg sedih dgn nasib bangsa indonesia yg sekarang…
dr pengamatan gwe selama ini, dominan para pejabat tinggi lebih mencintai uang untuk dirinya daripada pekerjaannya..
hal ini tak sebanding dgn hak dan kewajiban tersebut…
padahal mereka di pilih oleh rakyat..
huufffffff.. yupz…
korupsi meraja lele…
gwe jd pejabat ingin basmi perbuatan laknat tersebut.
November 27th, 2007 at 5:32 pm
wah-wah.. hebat ya Finlandia…
Pindah ah kesana… ;p
Hhehe
Indonesia.
>Padahal, pas saya ikut tes matematika USA-australia-ASIA-kemarin, soalnya, GAMPAAAAANGGG banget!! Ternyata, kata papa saya, standar matematika Indonesia jauh lebih tinggi lho, dibanding negara lain. Soal yang keluar, soal 3 tingkat dibawah saya.
Kata papa saya lagi(:P), sebenernya Indonesia punya bibit-bibit yang nggak kalah sama luar negeri, sayangnya, fasilitasnya kurang dan kurang digali.
>Oh ya, saya suka sebal sama kurikulum yang dibuat pemerintah sekarang.
Kalau menurut saya, sebaiknya, di sekolah menengah, kita bisa ambil major yang diminati, jadi nggak harus semua diambil. Misalnya, satu anak suka matematika, ya fokusnya ke matematika aja, IPS dan PPKn misalnya, dikesampingkan dulu. Sayang, kurikulum sekarang, terlalu banyak. Jadi, kesannya, maruk banget gitu. Semua mau diambil, tapi hasilnya setengah-setengah. Lebih baik satu, tapi full kan?
Apalagi, UAN yang katanya sekarang ada 4 subject, glek! Sekarang saya di kelas 2, nanti katanya, tahun depan jadi 5 subject! tambahan IPS! glek-glek!
>UAN jadi patokan, itu saya kurang setuju. Banyak kan kasus-kasus tentang anak yang nilai UANnya jelek, padahal aslinya dia pintar, jadi nggak lulus, syg bgd tuh.
Ps:Jadi, intinya, saya pengiin banget kurikulum dan metode belajar Indonesia dimodifikasi. Jadi, nggak rakus, mau semua tapi setengah”, lebih baik 1 tapi bener-bener ahli, kan????
Ps2:Tolong pemerintah bikin sekolah khusus musik yang kualitasnya terjamin. jadi nggak perlu jauh” ke Jepang ato German kan??
=P
thx
November 27th, 2007 at 5:34 pm
setuju sama k ERNAA!!!!!
harusnya bakat dan potensi digali lagi dong!!
>.<
jangan cuma hapalan doang
anak” indonesia matematikanya memang lebih menonjol!!
December 7th, 2007 at 9:50 pm
semangaTTTTT….apa pun tanggapan orang tentang dunia pendidikan khususnya UN, untuk menghadapi UN 2008 saya akan tetap berusaha semaksimal mungkin dan tidak lupa tetap berdoa kpd ALLAh SWT…agar semua yang saya dapat dari dunia pendidikan kelak dapat berguna bagi saya khususnya dan orang lain…
December 8th, 2007 at 1:24 pm
ampuuuuuuuuun DJ!!!!!!! ga da yg ngrti sbnarnya pa seh maunya pmrintah???????? ko malah maen naikin standar nilai UAN stiap tahunnya? pa ga ngliat dampak dr brbagai kjadian dlu??????? kasian ga seeeeh ma qt2?? klo mnrut q seh, duwit anggaran pndidikan ga usah di gunain bwt ganti2 kurikulum! kurikulum dlu z blom maximal! lbh baik bwt beasiswa/ bwt mprbaiki bangunan sekolah2 yg dah rusak/apa ke? yang lbh ngrti mah para pmrintah! jd bwt smuanya qt sama2 berdoa z! moga qt smua slruh anak Indonesia bs lu2s!Amiiiiiiiiiiin!!!!!! yg hrus qt lakuin sekarang lbh baek brusaha & brdoa cz smuanya Allah lah yg ntuin!!!!!
December 14th, 2007 at 9:43 am
Saya setuju dengan tulisan diatas……saya salah satu calon pendidik.Menurut saya tak selama nya sisa-sisa orang pintar mau masuk perguruan tinggi pendidikan.adakok teman2 saya yang pintar,tapi ini memang pilihan kedua mereka.Saya mau indonesia maju..kita harus meningkat SDM indonesia seutuhnya………ditempat saya banyak orang2 yang kurang mampu yang mempunyai bakat.mudah2an sistem pendidikan indonesia makin baik.
mulai dari kesadaran diri sendiri. kalo ga kita syapa lagi coba………!!!!!!!!!!!!!
January 3rd, 2008 at 2:24 pm
“uang emang bukan segalanya tapi perlu diingat bahwa segala-galanya butuh uang sekarang” sekolah butuh uang untuk dibuang sayang karena murid tidak lulus kok bangga yang penting bisa baca dan tulis toh akhirnya juga butuh makan buat hidup dan bisa makan kalau kita punya uang. Bingung coba dech dicerna dengan baik………………tapi yang jelas pada intinya orang bawah alias masyarakat umumnya hidup itu yang penting uang……..ndak percaya tanya aja mentri pendidikan apa benar ia mau kerja tanpa digaji…..hehehe hanya opini umum aku rasa “jangan sakit hati ya”
January 27th, 2008 at 5:35 pm
yeah,mao tau khan kenapa anak anak di indonesia pad pinter matematikanya? itu pasti krn ortu2 nya yang nurunin gennya, gen pintar ngitung berapa duit yang bisa ditilep.. alias pinter korupsi, apalagi buat korupsi duit negara. stop korupsiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!
January 31st, 2008 at 6:32 pm
kapan ya judul itu bisa jadi kenyataan?????? salam kenal smuanya!!!!!
February 8th, 2008 at 3:46 am
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENUJU TERWUJUDNYA KNOWLEDGE BASED SOCIETY*
Oleh: Soekartawi**
ABSTRAK
Pemerintah telah bertekat untuk mensukeskan pembangunan nasionalnya agar pada tahun 2025 nanti masyarakat Indonesia tergolong sebagai masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based-society atau KBS). Masyarakat yang demikian dicirikan oleh masyarakat yang menyadari akan kegunaan dan manfaat informasi. Dalam KBS masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan’.
KBS semakin diperlukan karena hal-hal sbb: (a). Semakin besarnya permintaan tenaga kerja terdidik (skill workers) yang menuntut adanya pendidikan sepanjang hayat. (b). Semakin besarnya pemanfaatan ICT yang berdampak pada proses produksi (proses produksi yang cepat, biaya produksi yang murah, diperlukan skill workers yang ICT-literate). (c). Semakin besarnya tuntutan wawasan global untuk mengetahui perkembangan ekonomi dunia (perdagangan, investasi asing, knowledge transfer). (d). Semakin besarnya kerjasama internasional dan karenanya sangat dibutuhkan network yang berskala internasional, dan (e). Semakin pentingnya R&D dan kegiatan lain yang melahirkan inovasi.
Peran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam ikut mewujudkan KBS telah dicanangkan dalam Visi dan Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan Nasional dengan program yang dinamakan tiga pilar pembangunan pendidikan nasional. Visi Depdiknas adalah ’terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah’. Sementara tiga pilar pembangunan pendidikan nasional adalah (a). Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (b). Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; dan (c). Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan.
Bila cita-cita menuju KBS ini dapat diwujudkan, maka tujuan pembangunan seperti yang diamanatkan dalam UUD-1945 yaitu ’mencerdaskan bangsa’ akan semakin dapat dicapai. Karena itulah maka kebijakan menuju KBS ini adalah (a). Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (b). Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (c). Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (d). Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan (e). Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun demikian masih banyak kendala yang harus diperhatikan dan diselesaikan dalam menuju KBS ini yaitu, antara lain kendala yang berkaitan dengan (a). Konektivitas, dimana tidak semua daerah Indonesia terkoneksi dengan audio, video, komputer dan web-based technology; (b).Tersedianya SDM menguasai teknologi tersebut, (c). Isi pembelajaran yang digunakan, dan (d). Tersedianya kebijakan yang mendukung upaya-upaya menuju KBS.
Kata Kunci: Kebijakan Pemerintah, ICT dan Knowledge Based Society.
—————————————
*Makalah Undangan (Invited Paper) disampaikan pada Konferensi Nasional Sistem Informasi (KNSI) 2008 yang diseleggarakan oleh Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, tanggal 14-15 Januari 2008.
**Guru Besar Universitas Brawijaya Malang yang kini ditugaskan di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
February 23rd, 2008 at 11:37 am
saya setuju. kembalikan dulu ujian akhir kepola ebtanas karena tidak membebankan siswa. Saat ini kita sudah terlalu banyak teori mas, tapi pemerintah gagap melaksanakannya. Negeri ini memang negeri ujicoba. Kita juga masih berujicoba untuk menjadi negara.
February 26th, 2008 at 11:51 am
Ayooo..jadi guru anak-anak pinterr :D
March 14th, 2008 at 11:12 am
Ayooooo belajar jadi pengajaaar !!!!!! jangan salah ajar…… bisa jadi kurang ajar.
Nasib anak2 ada di tangan pengajar.
March 26th, 2008 at 8:13 am
i am all for this blok…so i hope it can be really in indonesia
March 27th, 2008 at 10:27 am
mas nofi,…
bahas ttg Homeschooling juga…..
aku tunggu posting berikutnya…..
April 5th, 2008 at 9:38 pm
subhanalloh…
ternyata ada tulisan sebagus ini…
seandainya Pak Presiden Republik Indonesia membaca tulisan ini… (ngaruh ga ya??)
seandainya Pak Menteri Pendidikan disodori hipotesis di atas beserta fakta-fakta yang sebenarnya sudah tidak mengherankan tapi tidak pernah benar-benar diperhatikan… apakah beliau akan ‘keukeuh’ dengan pendiriannya yang (maaf) ‘merusak’ nilai suci pendidikan dan condong kepada ‘pembodohan’ masal ini?? Ya Allah… berilah penerangan pada para petinggi negeri ini agar mereka berani mengambil langkah lurus yang mereka anggap sukar dilakukan… Dan permudah jalan negeri ini menuju kebaikan… Amin…
salam kenal…
April 8th, 2008 at 7:29 pm
terkadang kurangnya minat para pelajar indonesia dalam menerima study dapat pula di karenakan sistim yang pembelajaran digunakan.
terkadang pula para pelajar saat ini menjadikan uan/unas sebagai mimpi buruk.
mereka menilai bahwa sistem unas seolah tidak mencerminkan keahlian/kepandaian sehari-hari,melainkan hanya mengutamakan kepandaian menengok kanan-kiri.
padahal kepandaian yang sebenarnya dapat dinilai dari cara berfikir secara akademik sehari-hari.
April 11th, 2008 at 9:26 am
sistem pembelajaran di Indonesia harusnya perlu diubah karena hanya mengandalkan kemampuan IQ saja tetapi melupakan kemampuan EQ dan SQ. kalau kita cermati lagi bahwa tujuan sebenarnya dari pendidikan yang ada di Indonesia adalah taqwa, cerdas, dan terampil dimana ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena bila salah satu ditinggalkan akan mengakibatkan kehidupan tidak seimbang. Untuk itulah pendidikan di Indonesia harus diubah dengan tidak hanya mengandalkan kemampuan IQ saja tetapi juga kemampuan EQ dan SQ. Perubahan tersebut harus didukung dengan faktor-faktor yang lain. Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia yaitu:
• Faktor internal yakni meliputi jajaran dunia pendidikan itu sendiri, baik Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah, maupun sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini, interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
• Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini masyarakat berperan penting dalam dunia pendidikan, dimana masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan sasaran serta tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan guna melanjutkan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia di segala bidang khususnya dalam bidang pendidikan .
April 20th, 2008 at 9:17 pm
Hmm,. setelah membaca artikel ini, saya bertekad harus berubah mulai detik ini, perlahan tapi pasti, maju walau selangkah!
April 28th, 2008 at 4:54 pm
Hal utama yang harus dibenahi adalah kualitas seorang pendidik. Bangsa Barat memang memiliki agresivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan orang Timur. Barat memiliki identitas yang sifatnya lebih agresif karena sejak dari dulu mereka terbiasa fight dengan alam atau mengintervensi alam dengan high technology yang dimilikinya. Sehingga dalam hal pendidikan mereka pun lebih memiliki sikap kritis yang tinggi, selalu mempertanyakan sebab dan akibat segala sesuatu, berani mencoba prinsip trial and eror dsb.
Kesadaran kosmologis antara negara Barat berbeda dengan Indonesia. masyarakat Indonesia terlalu dimanjakkan dengan alam. sehingga hal ini pun bisa ditilik dari segi pendidikan dimana para pelajar dan pendidik hanya menerima apa adanya, tidak kritis, logis,reflektif dan kurang kreatif.
May 2nd, 2008 at 3:47 pm
wah,bener bgtzzzzzzzz tu….
ujian emank bkn pucink
ngafalin mulu ci!!
jarang ada plajaran make logika!
jd prinsipnya banyak belajar banyak yang lupa,sedikit belajar sedikit yang lupa,g belajar g da yg lupa de……….
hehehe………….
lgian klo boleh comment ci di indonesia terlalu banyak materi yg hrz dpelajari,,,,,,,,
gmn klo sejak senior high school udh spesifikasi……..
jd g banyak yang lupa!!!!!!!!!
lgian kan g smua pelajaran berguna nantinya!!!!!!
jd klo spesifikasi mule sma kan lbh enyakkk
n mslh uan kye g penting2 amat,,abz pilihan ganda ci
jd,qt g tw mana yang bener2 pinter………..
yang bodo aja te2p bs lu2s dng okz cm dng lirik kakan kiri depan belakang!hi….ky mw nyebrang aj yach!!
n bwat guru2 indo mkn syx aj ma muridna,,,jd g da lg tu istilah ank emas,perak,aluminium de el el
oya,coba gaji guru paling tinggi
mungkin pendidikan di indonesia bs maju tuh
cz pasti banyak murid pinteryg msk jd guru gt deh……
top abz dah
n bwat indonesia hope will be better to be d’best
May 2nd, 2008 at 9:12 pm
semua yang dikatakan rekan2 diatas benar adanya, tetapi yang paling menyesakkan dan menyakitkan hati adalah, kita tidak bisa membenahi semua itu sebelum kita terjun didalamnya. so, kalau teman2 mau itu semua berubah, mari sama-sama kita terjun ke dunia pendidikan kita. terus sama sama kita perbaiki. gimana?
eka mahessa
081927711983
May 4th, 2008 at 9:05 pm
mari perbaiki pendidikan di negeri ini! klo punya info ttg pendidikan kirim ya ke email a_denardi@yahoo.com, sy punya rencan bikin free zine khusus pendidikan. doakan n mohon partisipasinya!
May 5th, 2008 at 1:02 pm
SuliT memang untuk memperbaiki penddikan kita…secara memang sudah mendarah daging dari nenek moyang kita sistem pendidikan yang mengutamakan hasil dari pada proses ini..jadi tak bisa dipungkiri bahwasannya peserta didik ataupun pengajar melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yg diinginkan bukan bagaimana caranya agar bisa berhasil dg usaha yang sungguh-sunguh..jadi ya bisa dilihat sekarang ini banyak ditemui kecurangan2 dalam mendapatkan hasil yg maksimal ketika UNAS…sunguH2 memprihatikan
May 10th, 2008 at 10:05 am
Mas Nofie, saya dari rumah belajar itb. Mau minta ijin untuk mengkopi paste artikel diatas ini untuk diletakkan di blog kami. terima kasih.
May 15th, 2008 at 11:54 am
saya setuju dengan artikel mas.
saya sangat prihatin dengan pendidikan di negara kita( pelaksanaan UN). karena benar yang terjadi sekarang bagaimana hasilnya sepertinya baik, bukan bagaimana yang sebenarnya .
padahal pelajar2 kita sebenarnya banyak yang jenius.( tidak sedikit yang mendapat medali dalam olimpiade internasonal)
harapan saya mas bisa menberikan masukan kepada para pemimpin2 kita yang katanya pendidikannya sangat luar biasa
May 16th, 2008 at 12:14 pm
bikin saja pendidikan dgn cara negara ini sendiri mungkin itu solusinya, simple, nasionalisme tentu saja tak ketinggalan indonesia bgt, sesuaikan dengan pemikiran pure indonesia jangan pake cara barat ya gakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk, jawabanya tetep say no to blok barat
May 26th, 2008 at 12:53 pm
setuju banget dengan masukan dari eka…
perdebatan mengenai pendidikan Indonesia dah terlalu banyak deh, ayo kita yang emang peduli ama edukasi di Indonesia berkumpul dan take action … kayaknya referensi ttg ‘kurangnya’ pendidikan di negara kita dah banyak. referensi ttg ‘gimana sebaiknya’ yang sangat minim.
kalo satu orang yang koar-koar mungkin bisa, tapi akan lebih cepat jika mereka yang se-visi berkumpul bersama…
ayo mulai dari yang sederhana aja dulu.. misalnya kita menilai hasil kerja dari rekan kita bukan hanya dari hasil akhir aja tapi prosesnya juga.., kita tidak melihat segala sesuatu dari sisi duit selalu
seperti kata denardi, kalo ada info tentang edukasi, aku juga tertarik :) tolong mail ke ajeany@yahoo.com
ok, mari majukan pendidikan Indonesia BERSAMA
^-^
June 3rd, 2008 at 12:28 pm
talk is cheap.
sadar nggak kalo kita semua adalah pembelajar, entah dalam konteks apa, dimana dan bagaimana kita njalaninya. klo sekolah doang yang dijadikan andalan para pembelajar..wah…apa gunanya dunia yang luas dan huebat ini….
June 4th, 2008 at 8:28 pm
Hi, saya setuju dengan artikel ini. Indonesia memang kalah dalam pendidikan. Tapi, masih banyak yang bisa di banggakan dari Indonesia. Misalnya tinju, catur, badminton, dll. Di UBER CUP 2008 Indonesia mampu untuk mencapai final. Karena banyak pemain yang jago. Contohnya Greysia Polii, Lilyana Natsir, Vita Marissa, Pia Z, Maria Kristin Y, dll dHe.!!!
^^
June 4th, 2008 at 8:31 pm
GO INDONESIA. Because You Can So You DO…….
June 14th, 2008 at 11:02 am
hai,
q stju bgt sm artikel ini.
sistem pendidikan di Indonesia itu memprihatinkan bgt….
usul saya,
bagaimana klw pngjar diberikan sedikit keistimewaan dibandingkan profesi lain dengan peraturan yang jelas..
jd ga cuma yang sisa yang mw jadi pengajar dan akan menghasilkan generasi penerus yang lebih berpotensi untuk masa depan Indonesia.
mari membangun bersama.
dan tolong perhatikan juga orang miskin karena mereka juga punya potensi yang besar.
jangan disia-siakan.
^_^
June 15th, 2008 at 9:15 pm
ass
LuMAYAN
swry g bs pnjang2
cs kburu
kpan2 j y
thx www
July 24th, 2008 at 10:54 am
TERBAIK??? itu bisa terjadi jika strategi pendidikan di indonesia diatur sedemikian rupa…”"” tapi walaupun begitu, itu kembali pada diri kita masing2..
asal kita punya niat utk berubah, pasti itu BISA!!!!
August 12th, 2008 at 10:20 pm
kalo mau mikir pasti udah nge-drop dulu ngeliat sekolah-sekolah nusantara. tapi….
pasti ada harapan. di ujung sono masih ada anak yang semangat sekolah dengan kaki telanjang. masih ada guru yang bermental “korpri asli”.
ya bersama aja makin perhatian dengan sekolah minimal dengan almamaternya masing-masing. tidak harus jadi guru dulu untuk berbuat, tidak harus hebat dulu untuk terlibat. didik aja adek-adek kite dengan apa yang kita BISA.
August 29th, 2008 at 7:17 pm
Weleh2…….
Bakno indonesia terbaik.
Qta kudu bangga jadi wara indo.karena indonesia is the best nation.
Tingkatkan guru di indonesia.
aQ YO CALON GURU.JADI Q JG KAN B’JUANGKAN PENDIDIKAN DI iNDONESIA.
cOME-ON PRIENDZ dUKUng teruz Indonesia.Semangt belajar n Enjoy your lipe.OC!
Slam Qnal 4 all priendz in Indonezia.Mari qta yakin qta bisa.Berjuang………………………………………..
MARI KITA BUKTIKAN KEPADA SEMUA DUNIA QLO INDONESIA YANG TERBAICK.
From :Mahasiswa UMS FKIP B.INGGRIS.
DANKE SCHON
MATUR SUWUN NGGIHHHHHHHHHHHH
September 1st, 2008 at 3:17 pm
hahahaha..
kl nda puas sm pemerintah..
mending lewat bawah tanah aja yuu.
kasi dukungan tenaga dan finansial dan apapun yang bs disumbang untuk semua sekolah dan sanggar alternatif non komersil yang dibangun dengan cinta dan ditujukan semata-mata agar semua anak bangsa -jelek,cakep,miskin,tajir,- bisa ngerasain sekolah!!
indonesia perlu orang2 seperti pak bahrudin dr qaryyah tayyibah dan ibe karyanto (founder sanggar akar) yang menyelenggarakan pendidikan dengan “hati”.
itu kl nda puas sm pemerintah lho…
September 5th, 2008 at 1:43 pm
Indonesia have great feeds fo every students to development the good education but so poor supporting from the government and ourselves as people of Indonesia. I hope there is changeable to increase our education especially we must to transformation the good education for out country and all of them need the proccess.
September 8th, 2008 at 8:38 pm
bicara ttg pendidikan di Indonesia, takkan pernah ada habisx. soalnya pemerintah kita masih 1/2 – 1/2 untuk menganggarkan biaya untuk pendidikan pdhal kita tau sendiri bahwa yang akan memimpin Indonesia kelak merupakan generasi muda sekarang ini. jika pemerintah tidak sepenuh hati memajukan pendidikan di indonesia, maka hasil yang diperoleh juga 1/2 – 1/2. di satu sisi juga sebagai anak Indonesia, saya juga patut bangga karena Indonesia sekarang ini sudah mulai di perhitungkan di mata dunia.
September 26th, 2008 at 11:16 am
Mengenai pendidikan di Indonesia sekarang ini memang memprihatinkan sih (bandingkan dengan zaman dulu, di mana masyarakat Indonesia dulu berjuang dengan semangat ’45 sampai akhirnya kita bebas dari penjajahan). Tetapi kita jangan bunuh diri dulu (karena kecewa gak lulus sekolah, dimarahin sama gurunya, udah ngajar capek-capek tapi muridnya gak perhatiin gurunya & gak digaji pula !, dll.), masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri kita sendiri. Mungkin strategi pendidikan yang dipakai masih belum “ngefek banget” oleh masyarakat kita (prinsipnya yang penting sekolah, kuliah, ngelamar kerja, trus ujung-ujungnya dapat duit deh ^_^, soal kualitas mah entar aja dipikirin). Lalu, pembinaan AKHLAK, MENTAL, ETIKET, HUBUNGAN SOSIAL, dan AGAMA juga perlu diperhatikan. Jadi, belajar tidak hanya sekedar formalitas saja, sikap dan metode dalam belajar-mengajar juga turut ambil alih.
Lalu, yang mengherankan buat saya, banyak guru-guru kita yang sebenarnya kompeten dan pintar, demikian juga dengan murid-muridnya, tetapi agaknya kurang diperhatikan, hanya karena mereka hidup dalam kekurangan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menurut saya menghambat pendidikan di Indonesia sekarang ini. Lalu, solusi apa yang sebaiknya harus kita perbuat ?
Untuk pemerintah dan masyarakat kita, sepertinya hal pertama yang harus kita lakukan adalah intropeksi dan evaluasi diri masing-masing. Mungkin memang berat awalnya, tetap bisa dilakukan mulai dari hal yang paling kecil dulu lah. Terus satu hal yang mungkin tidak ada hubungannya dengan pembahasan yang satu ini yaitu, KKN, pembajakan, penipuan, dan semacamnya, hendaknya dikurangi atau bahkan diberantas habis.
Mungkin perlu juga mengamati bagaimana sistem pendidikan yang diberlakukan di luar negeri, contohnya Jepang, Finlandia, India, dll. Apa yang membuat sistem pendidikan mereka meningkat dan selaras dengan masyarakatnya ?
Selain itu, MENTAL, AKHLAK, ETIKET, HUBUNGAN SOSIAL, DAN AGAMA perlu ditingkatkan. Jadi, kalau ada sesuatu yang membuat kita merasa tertekan dan semacamnya, kita tidak langsung “down” atau “bunuh diri”.
Disamping itu, masalah gengsi-gengsian (gengsi kalau nggak kuliah di universitas ternama dan terkenal, padahal yang menentukan bagus tidaknya kualitas suatu universitas bukan dilihat dari namanya, tetapi dalemannya), bangga (kebanyakan kita merasa bangga kalau kita dapat nilai IPK yang tertinggi di universitas, sekalipun waktu ujian nyatanya kita nyontek (salut buat yang jujur waktu ngerjain ujian) he..he ^_^), juga mesti dikurangin.
Ketika kita melakukan kesalahan, misalnya waktu menjawab pertanyaan, sebaiknya baik guru/dosen jangan membuat murid-muridnya merasa “diancam”, entah itu dengan memasang raut muka yang menyeramkan, atau merasa malas untuk mengajar (apalagi bagi murid-murid yang mental & kemampuannya di bawah rata-rata), akibatnya murid-murid akan merasa takut dan kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran, lalu yang paling parah sampai depresi atau bunuh diri. Sikap sabar diperlukan dalam mengatasi masalah ini.
Demikian juga para murid sebaiknya memperhatikan dan menghargai guru/dosennya ketika menjelaskan materi pelajaran (jangan cuek bebek). Setidaknya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru/dosen (meskipun kita merasa jemu dan tidak mengerti). Dengan begitu, guru/dosen pun tidak akan merasa terasing/ tidak diperhatikan.
Kiranya cukuplah hal ini dibicarakan panjang lebar di sini. Walaupun pendidikan di Indonesia masih dirasa kurang, mengetahui dan mempunyai keinginan belajar saja juga sudah lumayan kok. Hanya saja metode-metode pengajaran yang ada perlu kita pikirkan lagi, metode apa yang tepat bagi masyarakat kita.
Ingat motto kita “Bhinneka Tunggal Ika”, yang artinya walaupun BERBEDA-BEDA tetapi tetap SATU juga. Kebersamaan, hidup rukun, harmonis, saling menghargai, berakhlak baik, dan maju akan dapat kita capai asalkan kita memiliki kemauan untuk berubah kearah yang lebih baik, karena tidak ada yang mampu mengubah keadaan diri kita untuk menjadi yang lebih baik, kecuali diri kita sendiri.
October 13th, 2008 at 1:25 pm
Mestinya lembaga seperti ASEAN juga membuat survey serupa sebagai pembanding, biar lebih fair.
Finlandia itu penduduknya sedikit, lebih gampang diatur dan didisiplinkan.
Maju Terus Pendidikan Indonesia!! Jangan percaya survey-survey macam begini..
NG
October 21st, 2008 at 10:37 pm
Coba nih ada pertanyaan…
“Apakah manfaat hidup tertib?”
“Sebutkan kejadian yang menyedihkan?”
kira2 pertanyaan ini untuk anak kelas berapa?
October 22nd, 2008 at 2:14 pm
Ada sepuluh faktor yang mengahambat berkembangnya sistem curriculum negara kita coi, those are:
(1) Kurangnya pelatihan intensif tentang KBK (75,78%);
(2) Jumlah siswa per-kelas terlalu banyak (75,40%);
(3) Fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah seperti alat peraga, perpustakaan dan laboratorium kurang mencukupi (72,70%);
(4) Pemahaman dan keterampilan guru untuk melaksanakan KBK kurang memadai (65,98%);
(5) Beban tugas dan pekerjaan yang diberikan kepada guru terlalu berat (60,53%);
(6) Dukungan dari orang tua siswa kurang (57,06%);
(7) Kemauan guru untuk melaksanakan KBK rendah (54,79);
(8) Waktu belajar di sekolah kurang mencukupi (45,92%);
(9) Kepemimpinan sekolah kurang mendukung (43,09%);
(10) Dukungan dari guru-guru dan staf sekolah kurang (39,81%).
October 22nd, 2008 at 9:34 pm
waduh berhubung gak ada yg jawab saya jawab sendiri aja
Pertanyaan diatas untuk anak kelas 1 SD…!!!!!!
Saya berpikir apa-apaan ini…!!! semestinya anak klas 1 SD diajarin mengenalkan lingkungan sekolah dan belajar merangkaikan kata menjadi sebuah kalimat yang mudah dimengerti. Nah pertanyaan diatas itu bukan untuk anak kelas 1 SD tapi kemungkinan klas 3 keatas karena maksud dari kata2 dalam kalimat diatas aja belum dimengerti.
Coba bandingkan dengan pertanyaan
“Kita tertib buat apa?” “Apa manfaat hidup tertib?”
“Apa yang membuat kita sedih?” “Sebutkan kejadian yang menyedihkan?”
Jawaban yang salah bisa berasal dari pertanyaan yang salah (kurang mengena pada tingkatan tertentu dalam hal ini klas 1 SD) dan klo diliat lagi pertanyaan diatas subyektif sekali maka jawabannya akan juga subyektif, dan penilainnya juga harus subyektif dan gak bisa langsung disalahkan.
Saya nggak tau harus mengadu kemana, saat itu terpikir untuk datangin langsung gurunya, tapi kemudian terpikir klo guru itu cuman menjalankan perintah aja.
Hal diatas saya alami karena kebetulan saya punya anak yang baru masuk SD dan kita orang tua benar2 dibuat gak habis pikir dengan kurukulum saat ini.
Dan yang paling saya kuatirkan adalah anak akan menjadi stress dan gak mo sekolah lagi, karena sudah ada tanda-tanda seperti itu.
Saya gak pandai berteori dan sangat memahami kondisi bangsa Indonesia ini yang berdampak ke sistem pengajaran dan kurikulum. Saya menyimpulkan klo pendidikan kita menganut model “KARBITAN”. Kita tau klo beli buah tapi matangnya karena di karbit maka buah itu memang masak tapi rasanya MASAM (kecut kata orang djawa) padahal yang kita harapkan adalah hasil yang MANIS bukan???
Rasa buah yang MANIS berasal dari buah yang masak karena memang sudah waktunya masak.
……meskipun buah (bini) yang masak milik tetangga… :D (oupss mbalik lagi)
Jadi mari kita orang tua jangan hanya mengandalakan pendidikan dari sekolah tapi didiklah buah hati kita dirumah semampu kita dan jangan hanya terpancang pada hasil ujian semata tapi pada apa yang sebenarnya telah dia dapatkan dari bangku sekolah
Mari kita cerdaskan bangsa tercinta ini dengan segenap kemampuan kita
October 26th, 2008 at 11:45 am
bener banget tuch, buat generasi muda….semangat.
terutama para ibu, semoga melahirkan anak yg berguna bagi nusa dan bangsa
November 5th, 2008 at 12:12 pm
Saya mengajar di Jatim. Banyak orang protes mengapa saya mengajarnya seprti ini itu. Mereka bilang “guru itu harus jaim, ga boleh terlalu dekat dengan muridnya”, padahal kalo di tilik, murid2 saya jadi lebih ngerti dan suka Bahasa Inggris dengan model pendekatan yg saya lakukan. Bukankah guru bukan bos yg harus diagung2kan, bukan setan yang harus ditakuti. Guru seharusnya mampu menciptakan rasa nyaman agar murid lebih suka belajar.
Mas Nofie Iman, saya sekarang ada di AS dan sedang mencari info ttg pendidikan di Indonesia lalu menemukan ini. Memang benar, kasian sekali Indonesiaku. Saya ingin kembali dan membantu membuatnya lebih bermakna.
Indonesia Jaya
November 5th, 2008 at 4:06 pm
segera saja balik jika sudah banyak mendapatkan wawasan mbak desy. pendidikan dasar memang harus diperhatikan, saya sendiri mencoba untuk menahan diri tidak seperti orang tua kebanyakan di kota besar indonesia yang hanya ingin hasil praktis dari pendidikan anak-anaknya. TK udah bisa baca dan hitung, SD sudah bisa akar pangkat tiga, dan mahir 3 bahasa, jago fisika, dll. tanpa pernah mencoba menggali lebih dalam apa sebenarnya ketertarikan anak, mungkin memasak, mungkin melukis, atau lainnnya.
“pernah baca di nova jika 70% anak yang saat pendidikan dasar “terlalu dipaksa”, saat dewasa menjadi orang gagal… dengan alasan mereka cenderung takut untuk mengambil resiko”.
sangat prihatin saat ini untuk bisa masuk SD mesti ada test tambahan…bukankah SD adalah masa wajib belajar??? mestinya ada publik yang mau menuntut lembaga pendidikan dasar yang menolak siswa karena “tidak lulus test”….
saat inipun gambaran anak sukses dari iklan produk atau layanan masyarakat masih terarah pada juara matematika, olimpiade, dll. saya tidak menyalahkan, tetapi keberhasilan anak di bidang musik, melukis (ada juara melukis dari indonesia yang lukisannya dijadikan prangko oleh PBB), pramuka, olahraga, dll juga mesti dikedepankan. dan orang tua juga mesti mampu mendukung bahwa apapun pilihan anak, asalkan didukung dan dibina adalah sebuah karya yang wajib diapresiasi..
yah sekedar uneg2 dan semoga saya sendiri mampu menjaga anak saya agar tetap bergembira dalam belajar dan mengembangkan ketertarikannya supaya bermanfaat bagi lingkkungan…..
jadi ingat guyonan orang tua…hasil pendidikan indonesia anak yang pinter biasanya menjadi penulis, doktor, profesor, dll. yang sedang2 saja bisanya menjadi karyawan. anak yang tidak pinter biasanya menjadi pengusaha kaya raya…. hehehehehe
salam sukses
November 11th, 2008 at 9:10 pm
saya guru SD di sebuah sklh swst di Jabar.Sklh sy menerapkan full day school.trs trng saya bangga bs mnjd gr di sklh yg lmyn punya nama.stlh bbrp thn sy mengajar…miris sekalii sy dgn kondisi ank didik sy.mrk spt robot.sy bingung apa krklm dr pmrntah yang awul-awul sprt slogan ganti mentri ganti kurklm,gnti mntri gnt kebijakan,YANG PENTING KELIHATAN BEDA.
Orang tua sebagai guru BESAR dirumah,teladan terdepan juga menciptakan kondisi yang kurang kooperatif.sbg slh 1 kasus,sy prnh membr tgs pada murid sy u/m’buat wawancara dgn ortu.tp apa yg sy dpt……….murid sy blg ayah/ibu plngnya malam bu,jd tdk ada wkt u/wawancr.pdhl tgs sy br pd hr jumat dan hr senin br d kmplkn.Masya Allah……………..hanya kt itu yg bs sy ucpkn.jd ortu mnyklhkn anak di sklh yg full day hy u/skdr “NITIP”mmg tdk smua ortu tp hmpr 60-80%.bs d byngkn bgmn bingungnya ank-ank hrpan masa depan Indonesia…amanah terbesar dari Allah mnjd klnc prcbaan sistem.blm lg bcr mslh standr nilai dsb…dst…keberhsln hy d lht dr angka 10,9,8.
Ah……..Sy hy bs b’doa ya….Allah berikan kebaikan pada semuanya.Amiiiiiiiiiiiiin
November 16th, 2008 at 10:30 am
menurut saya faktor pendidikan di Indonesia mayoritas dipengaruhi oleh masalah ekonomi. banyak anak-anak di Indonesia yang putus sekolah lantaran orang tua mereka tidak sanggup untuk membiayai sekolah anaknya,sehingga dengan terpaksa anak-anak tersebut turun tangan dan ikut andil dalam menopang kebutuhan sehari-hari keluarganya. selain itu penyebab pendidikan di Indonesia masih kalah dengan negara-negara lain adalah sering bergonta-ganti kurikulum yang ini jelas sangat berpengaruh pada sistem proses KBM di sekolah
November 18th, 2008 at 4:04 pm
hmm,,indonesia makin parah aj neh,,,
walupun standar skulx ditinggiin,,,tapi tetep moral oknum bejatx g ketulungn,,,
bikin males,,,yg bego makin bego,,,
yang pinter jadi bego,,
lama2 bego semua lah bngsa ini,,,
kurang tuh film laskar pelangi wad jebol hati nurani pemerintah,,,
November 22nd, 2008 at 1:04 am
pendidikan dasar sd-sma adalah hak setiap warga negara, karenanya dilindungi undang2. Gak bisa dipungkiri bangsa akan maju jika pemerintah baik mengelola pendidikan. Konkritnya pendidikan sd-sma harus gratis! bagaimanapun caranya, harus diperjuangkan. Masa tim2 aja yang baru merdeka, sekolah aja bisa gratis..
November 22nd, 2008 at 10:21 pm
Tulisan yang bagus. Memang benar, pendidikan kita sudah hancur lebur. Banyak orang di sekeliling kita sangat tidak masuk akal. Masyarakat kita sudah sakit dan lingkungan ini semakin tidak nyaman. Gaya hidup yang destruktif menjadi wabah di semua tempat yang pernah saya kunjungi, mulai dari Papua sampai ke Sumatera. Kearifan tradisional ditinggalkan dan pendidikan kita sama sekali tidak mengajarkan budaya. Akibatnya banyak dari kita yang melihat dan merasakan junior-junior kita semakin tidak bermoral. Daya saing mereka rendah, begitu juga dengan inisiatif, motivasi, dan moral mereka. Kalau sudah begini apa yang bisa kita harapkan lagi?
Pendidikan di Indonesia benar-benar sudah salah arah. Output yang dihasilkan adalah input, hampir tidak ada penambahan nilai.
November 23rd, 2008 at 10:47 am
bahas juga dong tentang pendidikan qt yang dianggap sebagai proses pembodohan. sering denger tapi ga ngerti maksudnya apa.
dimana letak pembodohan itu?
November 27th, 2008 at 10:52 am
Bagus sekali tulisan anda. Sangat mengena dan sangat nyata pada keadaan pendidikan kita. Memprihatinkan memang. Keadaan pendidikan Indonesia memang terlalu complicated.
1. Dilihat dari segi guru. Guru di Indonesia tidak semuanya buruk atau berkualitas rendah. Banyak juga guru yang pintar,pandai,cerdas,tekun dan merupakan lulusan yang tergolong mempunyai IPK yang tinggi. Namun, guru yang pandai dsb itu pasti juga menginginkan kesejahteraan yang baik pula, yaitu dengan menjadi guru di sekolah yang terkenal atau di sekolah yang benar2 memberikan kesejahteraan yang baik bagi tenaga pengajarnya. Jadi, factor itu juga yang dapat menyebabkan kualitas pendidkan Indonesia menjadi tidak memuaskan. Semoga janji pemerintah, yaitu dengan adanya sertifikasi guru sehingga gaji yang diperoleh guru menjadi 2x gaji, benar2 dapat terealisasi. Orang-orang pintar yang dulu harus berpikir untuk menjadi guru, dapat dengan senang hati menjadi guru. Bisa saja terjadi, persaingan menjadi guru/ masuk ke FKIP seperti persaingan masuk ke Fak.kedokteran atau Fak. Ekonomi, dll.
2. Dilihat dari segi keluarga. Pada dasarnya, murid juga perlu pendidikan sejak lahir. Dari lahir, dia juga perlu pendidikan yang memadai. Maksudnya diperlukan orang tua yang sangat memperhatikan perkembangan buah hatinya agar dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berperilaku baik. Hal ini ada kaitannya juga dengan perekonomian keluarga. Bagaimana bisa mempunyai anak yang pintar, pandai, cerdas, dll apabila sejak lahir anak tersebut kurang mendapat asupan gizi yang tepat? Perekonomian keluarga yang kurang baik? Tingkat pendidikan kedua orang tua yang juga kurang? Apakah anak itu dapat dengan sendirinya berkembang tanpa ada perhatian yang baik dari ortu?
Wah, mungkin tidak akan bisa dicari akar permasalahannya, karena saling terkait antara masalah yang satu dengan yang lain. Intinya adalah, pendidikan yang baik itu dimulai dari keluarga. Perhatian dan juga dorongan bagi anak sangat penting bagi pertumbuhannya menjadi seorang pribadi yang dapat dibanggakan. Bangsa ini dapat maju apabila tingkat pendidikan juga ditingkatkan.
Semoga Pendidikan Indonesia tetap maju!!!
December 3rd, 2008 at 2:56 pm
Tulisan Anda bagus sekali dan dapat menjadi inspirasi bagi siapa yang membacanya. perlu disadari bahwa pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia yang ingin memanusiakan manusia. Jika memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan indonesia seharusnya bukan hanya bercermin kepada Finlandia tapi juga bercermin pada dirinya sendiri, artinya menyadari dengan sepenuh hati bahwa kualitas pendidikan di Indonesia jauh terbelakang. dan faktor penyebabnya juga beraneka ragam. mulai dari faktor Historis, Sosiologis, kualitas guru, komitmen pemerintah, sampai kepada kesadaran para siswa. Dengan tulisan anda tersebut mudah-mudahan dapat membuka mata hati para pembuat kebijakan dan juga seluruh elemen yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam dunia pendidikan untuk berusaha maksimal dalam memperbaiki dan meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia. sehingga Negara kita tercinta Indonesia Raya akan Jaya.
Semogaaaa!!!
December 17th, 2008 at 10:58 am
banyak banget ternyata yang perhatian dengan dunia pendidikan di negara kita.Banyak juga yang ga setuju dgn sistem yang dibuat pemerintah.Mendingan nih kita2 yang ngerasa prihatin dgn keadaan ini sama-sama yuuk melakukan sesuatu buat generasi dibawah kita lebih maju…dengan segala keikhlasan..InsyaAllah bisa koq kita bantu walopun hanya sedikit…..kan lama2 jadi bukit.banyak yg butuh bantuan baik materi atau non materi kita cari solusinya sama-sama.Gimana?
December 18th, 2008 at 3:41 pm
kalau menurut saya haya ada 3 solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yaitu :
1. Perbesar Anggararan untuk pendidikan,
selama ini anggaran untuk pendidikan sangat sedikit, bahkan tidak cukup, untuk memperoleh pendidikan yang bermutu perlu adanya dana yang besar yangt semuanya dipergunakan untuk kepentingan pendidikan buka n kepentingan pribadi.
2. Perhatikan kesejatraan guru
keluhan guru selama ini adalah kesejatraan mereka tidak pernah diperhatikan, gaji yang mereka peroleh tidak sebanding dengan beban dan tanggung jawab yang mereka pikul selama ini, pendidikan yang berkualitas akan hadir kalau adanya guru yang berkualitas. guru yang berkualitas akan ada kalau adanya gaji yang besar.
3. Ubah manajemen Pendidikjan
manajemen pendidikan selama ini diaggap tidak berkualitas, bahkan harus di ubah.
December 25th, 2008 at 7:31 pm
gak perlu susah2 mengkaji atau berfikir sistem pendidikan yang efektif unutk indonesia
dalam sistem khilafah sudah ada sistem pendidikan yang efektif…
jadi ngapain ribut2, untuk menegakkan sistem pendidikan yang efektif tinggal tegakkan khilafah di indonesia maka pendidikan akan baik dengan sendirinya….
gak percaya??? coba aja….
December 30th, 2008 at 8:49 am
makanyaa,,,, kalo nyari guru buat ngajarin anak2 yang berkualitas donk,,, lyat dulu ijazahnya. baru di terima jadi guru,.,.,
sekarang banyak banget guru yang pilih kasih, hanya mementingkan murid yang rangking 1 aja.. jkadi yang kurang pinter di abaikan gitu aja..
and juga meningan UAN di hapus aja deh.. Itu cuma buat orang pinter jadi sters mental and buat orang yang kurang pinter tambah jadi gila…
mau anak indonesia jadi orang gila nantinya????
buat Bapak Presiden tolong donk pelajaran di kurangin aja , and UAN di apus aja….
mau kan lyat kitra semua jadi insinyur, dokter and orang2 sukses lainnya??
January 4th, 2009 at 4:25 pm
Malaysia di mana dalam ranking ya.
January 6th, 2009 at 1:36 pm
mungkin benar untuk sebagiannya saja tapi pendidikan di indonesia kalau lebih kita tilik lagi di daerah sangat memprihatinkan, dan saya yang mengalaminya selama 6 tahun di SMP dan SMK ini cukup memperhatinkan tidak hanya dari segi ilmu yang diberikan bahkan juga guru yang mengajar cendrung mtidak memperhatinkan siswanya, pernaha da seorang guru yang bilang ” saya kalu ga ngga mengajar tetap dapat gaji kok, jadi terserah saya mau ngapaen saya sudah PNS resmi kok,” dan ada yang lebih parah lagi guru dan kepsek yang terlibat AFFAIR yaitu main dengan murid dan sesama guru ” SELINGKUH”
January 8th, 2009 at 8:19 pm
Tidak hanya di pendidikan, Indonesia memang masih kurang dengan negara-negara lain. Tapi saya yakin jika semua mendukung dan khususnya pemerintah benar-benar mendukung(tidak hanya cuap-cuap dan mengajukan komentar saja a k a No Action Talk Only), saya yakin PENDIDIKAN DI INDONESIA akan maju! saya yakin itu.
January 12th, 2009 at 1:25 pm
setubuh eh setuju!!
ketatin za seleksi calon guru en kita jemput master2 kita yang ngungsi ke negera laen buat sama2 mencerdaskan anak bangsa.
Qta punya segalanya, kecerdasan, kekayaan, sumberdaya,dsb
namun sayang qt g punya kesadaran en rasa cinta terhadap negeri kita tercinta
Betul???!!!
February 27th, 2009 at 8:17 pm
ya gimana mau maju kalo nasib kita di bawah tangan-tangan orang yang g ada tanggung jawabnya, ya sekarang tinggal kesadaran masing-masing personal, buat semuanya `jangan pasang egois kita terlalu lama, liat k bawah banyak potensi-potensi baru kita yang terlalaikan` ya berdoa aj moga-moga terpurukan dan kebodohan ini cepat berlalu..OK!
March 2nd, 2009 at 7:53 pm
nii artikel siip..
bgus,,
ciamik,,
inspiratif,,
intinya bagus lah..
bukti klo masih ada orang” pintar yg “masih” cinta ma indonesia tercinta..
sumpah.inspiratif..
stuju bgt yg pasti..
tapi..
ada ribuan wacana,omongan,pemikiran,ide tentang pendidikan d indonesia..
ntah tentang baiknya,
tapi lebih banyak tentang bobroknya,,
lebi baik saatnya “melakukan”..
apapun itu!!!
karena emg g ada yang sia”.sekecil apapun itu..
mungkin dimulai lebi mencintai indonesia secara tulus..
bukan mencintai indonesia karena ada keuntungan bwt diri sendiri.
March 5th, 2009 at 2:28 pm
kapan Indonesia maju nich….
tapi mending sich, gag di posisi terakhir….
tapi tetep aja hidup jangan selalu liat ke bawah trusss..maju Indonesia
jadi kawand2, kita sebagai generasi muda hendaknya lebih belajar dengan giiatt, gigih
dan berusaha terus, pantang menyerah…
masa sejak indonesia merdeka nasib kita sama aja kayak gene. kapan berubahnya coba???/
hufff…..
semangaaaadddtthhh!!!!
INDONESIA BISA
YES, WE CAN GUYZ…
March 6th, 2009 at 1:27 pm
kapan majune negoro indonesia iki coy……lek”e pemimpine korupsi terus yo bejat negoro ini tuaek…….
March 12th, 2009 at 8:50 pm
bagiku amerika yang hebat,
makanya aku pengen kuliah di sana.
bagi yang tau info beasiswa ke columbia university/ pokoknya
university/college di amerika tepatnya di negara bagian new york
mohon kasih info ya,
ni email ku kartikaayu40@yahoo.com
makasih ya.
tp
aku tetep dukung indonesia maju teruss, semangat.
salam kenal ayu..
March 15th, 2009 at 5:24 pm
menurut Ixe pendidikan di indonesia itu perlu di perbaiki khususnya dlm sistem pembelajarannya,misalnya law anak di ajar trus menerus akan bosan bila tidak ada variasinya.
March 18th, 2009 at 9:33 am
selama negeri ini masih bernafas…
pasti Tuhan memberi kesempatan…
berubah dan berbenah…
sebaiknya setiap diri tidak hanya mampu menjadi pengamat…
tapi berbuatlah…!!!
March 18th, 2009 at 8:33 pm
makasie bwt infirmasinya,,,
sangat membantu sekali.
Btw kalo mo cari tw score PISA yg diperoleh negara2 itu mn ya??
Coz saya sudah cari di link http://www.pisa.oecd.org koq gak ketemu ya…
Kira2 link yag lebih spesifik tu dmn ya??
Trimakasie
March 19th, 2009 at 7:13 am
Bisa dilihat di sini — ada skor tahun 2000, 2003, dan 2006. Ini tabel untuk skor tahun 2003.
April 19th, 2009 at 3:12 pm
Kualitas sekolah sebagian besar ditentukan kualitas kepsek. Kalau kepseknya g kompeten bgm?
April 20th, 2009 at 9:29 am
gmn pendidikan bangsa ini mau maju k’lo standar kecerdasan seseorang hanya dilihat dari nilai UAN, standar pendidikan kita sekarang cenderung dikotomis ikut2 AS and eropa urusan dosa apa kata nanti sampe2 untuk mencapai tingkat kelulusan 100% nilai UAN pun direkayasa menghalalkan segala cara.
hatur nuhun kang iman infonya.
April 26th, 2009 at 12:57 pm
sayang sekali, ada penggunaan kata “negro”, sebuah kata yang tidak lagi digunakan di mana pun, karena ada unsur rasialnya.
May 2nd, 2009 at 8:45 pm
Sebagai guru yang berkecimpung dalam tatanan praktis dalam sistem pendidikan kita, rasanya memang cukup berat saya rasakan. Indonesia dengan sistem pendidikannya yang seperti ini, ga kan pernah maju memang!
May 10th, 2009 at 6:09 am
Ah ternyata sy baru sadar… dijudulnya ada tanda tanyanya.. hehehee. Awalny sy kira sebuah pernyataan ternyata adalah sebuah pertanyaan…
May 11th, 2009 at 3:00 pm
mungkin negara kita g akan pernah terpuruk lagi kalau budaya malu itu masih ada! sayangnya itu sudah tidak ada lagi di klangan para pemimpin kita!tapi saya salut dengAN Presiden SBY yang kini sudah mengantarkan indonesia ke tempat yang layak diperhitungkan dengan dunia!semoga bapak terpilih lagi tahun ini!jayyo
May 14th, 2009 at 10:55 pm
sudah menjadi hal yang (sangat) biasa ada rakyat menghujat pemimpinnya. Untuk masalah pendidikan ini, tak bisakah pemerintah tengok sedikit keluhan2 rakyat yang sudah benar2 terjadi??? Tak adakah yang lebih penting selain yang ujung2nya duit!??
May 15th, 2009 at 12:02 pm
yah…biasalah itu…indonesia kan lagi santer-santernya ngadopsi sistem dari luar negeri tuh.boleh-boleh aja ngadopsi tapi sesuaikan dulu iklimnya dengan apa yang akan di adopsi.misalnya nagdopsi sistem pendidikan amerika, sesuaikan dulu alat, media, maupun hal-hal yang berhubungan dengan sistem amerika, baru boleh ngadopsi.
May 19th, 2009 at 9:23 am
Pagi?
May 24th, 2009 at 5:32 am
UN?banyak siswa yang takut akan ini. Betapa tidak?kelulusan hanya ditentuka 3 hari dan (hanya untuk) selembar ijasah. sedangkan banyak penyelewengan yang berhamburan ketika ujian itu berlangsung. saya mengalami sendiri, ujian nasional….semua bisa lulus oleh kecurangan. alibi bila tak dilakukan kecurangan yakni menjebol kunci jawaban guru mata pelajaran akan kasihan akan murid yang tidak akan merasa lulus akan dinyatakan tidak lulus. ini jelas!!!
apakah ini adil??bagi saya UN hal yang wajar. namun dalam tanda kutip hal itu menjadi hal yang menakutkan bagi sekalangan yang mentalnya terbelenggu jerat UN…mereka takut tidak akan lulus. padahal UN mudah
saya juga siswa yang tahun 2008 lulus berpendapat : ujian nasional dengan format sekarang sangat menghancurkan pendidikan, dan apakah dengan hal ini akan menjadi lebih baik pendidikana bangsa ini?tapi tetap saja bila UN dengan format sekarang dilakukan/dipatuhi secara adil (tidak main curang) tentu ini prilaku yang bijak.namun lihat kedepan, akan ada lebih dari 75% siswa tidak lulus!!! ini sangat membuat buruk image bukan//dan pasti siswa di tahun berikutnya akan sama. OK bila ada peningkatan kwantitas kelulusan dengan tanpa kecurangan…
meluluskana dengan cara kecurangan adalah tindak kriminal dengan alibi perbuatan baik
UN jadi serba salah. apa ini potret pendidikan bangsa indonesia???sangat buruk!!!!
lulus dari ujian nasional adalah benalu yang saat ini masih di jadikan ketakutan, betapa tidak?? siswa yang masuk SMA/SMP/SD hanya ditargetkan lulus dalam ujian nasional, bukan dari olah fikir yang diajarkan sehari-hari. pelajaran hanya dijadikan sebagai omong kosong.. anak didik menjadi takut bila sudah kelas 3 karena dihadapkan UN pada semester akhir..
sebaiknya diaadakan komitmen penelitian UN bila pemerintah memaksakan kehendak ingin diberjalankannya sistem ini..
saya menjadi najis melihat anak smp yang bangga saat kemarin2 diadakan UN, mere asik tidak belajar, bermain seharian karena mereka sangat bangga akan lulus dalam kecurangan tanpa tau dampak dari semua itu
hueKK muntah rasanya!!!
lebih baik UN ditiadakan!! karena hanya memperburuk moral..ijasah hanya dinilai sebagai kertas cetakan dari pemerintah.
menoleh ke era 45, sebagian besar orang cerdas dihasilkan dari kerja keras. pendikan dijadikan hal yang sungguh2 akan mencerdaskan dirinya, keluarganya bahkan bangsa tanpa kecurangan dalam pembelajaran di ruang belajar.
bisakah bangsa ini berfikir panjang akan diperlakukannya UN??
bisakah setiap kalangan bertukar fikiran agar pendidikan benjadi hal yang utuh??
berbenah diri adalah harus untuk saat ini karena meliat kondisi yang telah hancur!
pandidikan adalah pemberantan dari kemiskinan
terang aja banyak sarjana yang menganggur! pengangguran dimana2!!
itu semua karena apa???karena pendidikan yang mereka jalani hanya untuk selembar kertas!!! bagai mana bisa membuat lapangan kerja sediri dari selembar kertas berisi nilai yang yahud dengan otak yang kosong???
June 28th, 2009 at 10:50 am
artikel ny bgus. intinya, yg bisa saya tangkap adalah bahwa pendidikan di indonesia masih dinomorsekiankan oleh pemerintah dibandingkan masalah2 lainny. akibatnya pendidikan ditangani asal2an saja, selain itu orang2 elit yg mengurus dunia pendidikan Indonesia juga kbanyakan masih kolot, berpikir pragmatis, dan bisa dibilang menjunjung slogan ‘yang penting kelihatan pintar’. hal ini menyebabkan hasil yg didapat pun instan. cepat jadi tapi kurang memuaskan.
Tolong dong pemerintah, mengurus pendidikan jangan seperti masak mi instan!!!!
August 5th, 2009 at 11:30 pm
Yth: Pak Iman,
Secara kebetulan saya dapet artikel anda dan sayangnya saya harus setuju dengan apa yang bapak paparkan…
1. mengenai kualitas guru (tenaga pengajar)..menurut saya, seorang guru, kewajiban utamannya adalah MENGAJAR…tapi kenyataannya, di indonesia banyak guru yang menjadikan profesi guru sebagai profesi sampingan. Banyak guru kita yang terpaksa harus melakukan pekerjaan lain untuk melanjutkan hidup karena tingkat kesejahteraannya yang dibawah standard.
2. mengenai kualitas lulusannya (anak didik)…kalo gurunya saja sudah ngak serious mengajar bagaimana anak didiknya…banyak anak didik kita sekarang ini yang nilainya disulap oleh gurunya, lantaran gurunya ngak mau di bilang gagal mengajar. ini usaha dari gurunya, kalo dari muridnya, dia bisa saja nyogok biar dapet test ujian atau pake jasa calo biar bisa lulus atau apa saja….well…well…memang kalo soal sogok-menyogok dan sulap-menyulap kita paling pintar..
3. menurut saya, tujuan utama pendidikan adalah untuk membangun karakter diri seseorang agar nantinya ia menjadi orang yang saleh, santun, pandai, dan tekun..yang nantinya mampu mengadaptasikan diri dengan perubahan jaman. belajar itu kan bukan berhenti di SMA atau universitas saja tapi seumur hidup kita pasti belajar.
senang sekali dapet membaca artikelnya…looking forward for another great articles.
October 1st, 2009 at 11:31 am
mantap ni sumbangsih pemikirannya! teng kiu mas! tapi akhir akhirnya ko bini orang ya hahahaha
October 1st, 2009 at 12:14 pm
Nice… saya senang sekali bacanya,
Kebetulan saya sedang membuat artikel tentang pentingnya dunia pendidikan indonesia dalam rangka economic transformation..
Jadi, saya rasa saya bisa mengutip tulisan Anda, dan tentu saja saya akan mencantumkan sumbernya..
Salam..
October 21st, 2009 at 9:25 pm
Assalamualaikum..maaf-maaf..numpang curhat aja. Pren2 setanah air,,saya lihat yang komentar banyakan orang muda,,tapi sebaiknya jangan cuma komentar dan malah ikut-ikutan menjelekkan bangsa sendiri. Bagaimanapun ini negara kita, yang harus kita junjung kehormatannya, kita benahi apa yang kurang. Ini negara kita t4 kita lahir,,mencari rizki, dan t4 akhir menutup mataa..dan sekarang jangan menutup mata hati untuk Indonesia,,Negara ini juga akan maju kalau kita bisa memajukan.
Bukan salah bangsanya bro..tapi penghuninya juga kurang benar,,apa kalian pikir pemuda negara lain seperti pemuda Indonesia???? Kalo ditannya mengapa Indonesia seperti ini?bobrok, memprihatinkan, mutunya rendah de-el-el..Ya,,karena pemudanya seperti INI…sO..pikir n berbuat apa yanng bisa kita lakukan untuk banngsa ini, bukan mencaci mellulu..MAAF
November 9th, 2009 at 3:58 pm
Kebanyakan Guru di Indonesia pada males,udah ngajar nya ndak enak,,,,,ndak muaskan,,Q masih ingat banget maktu Q masa2 SMP gurunya galaknya minta ampun,aku paling ndak suka kalo guru Matematika cewek,kebanyakan guru kalo cewek pada galak cieeee,,kan jadi Ayuuuuuuuuuuuuuutttttttttt.
November 18th, 2009 at 8:28 am
Em…saya juga setuju dengan artikel diatas…
gak cuma di sekolah menengah aja yang dikacaukan dengan ‘ kepentingan hasil” (alias unas itu),, di universitas juga sama aja,,, jadi cerita mengenai tempat saya kuliah niii…hehehe…
kebetulan tempat saya kuliah g ikut prog. SNMPTN nasional,,tesnya dari pihak kampus sendiri ( bidang musik soalnya) ,,, baru2 ini dipusingkan dengan penerimaan mhs baru yang banyak bgt,,,n jauh melebihi kapasitas kampus,, dan parahnya, banyak dari mereka yang blum bisa bca not balok..( ampun,,,mw kuliah muik kok g bisa bca not balok,,kan aneh..) saya jadi bertanya2 bagaimana kualifikasi untuk penerimaan tsb ya…soalnya di jurusan saya mw ada program untuk berubah jd fakultas…apa gara2 itu ya nerimanya asal aja… emang kacau indonesia nie,,,(hahaha, jadi bawa2 nama negara nie)…
December 6th, 2009 at 11:10 pm
Subhanallah..Luar Biasa Artikelnya boz..!!!sayangnya konstruktifnya cuma 1 paragraf..lainnya desduktif..but ga masalah..siapasi yang ga merasa miris atau bahkan lebih milih tutup mata melihat pendidikan kita….
lo dikaji dari latar belakang masalah..mungkin ga si itu karena kebijakan pemerintah kita (ganti menteri pendidikan, ganti kebijakan), lo ditarik garis bs dsebabin ma sistem pemerntahan kita (lo diluar negeri dari 5 orang yang berbeda pikiran akan lahir 5 jurnal ilmiah, lo di indonesia dari 5 orang yang berbeda pikiran akan lahir 5 partai politik) jelas kan motivnya?5 parpol berarti 5 tujuan, 5 kepentingan, 5 sitem yang gabs..ambrol lah..lo ditarik garis lagi memang culture yang terbentuk di masyarakat dalam bersikap…ditarik garis lagi..pola pendidikan informal (keluarga)..lo ditarik lagi..(maaf) kebodohan sudah jadi darah daging masyarakat kita boz(kebodohan bukan hanya dalam hal akademik..tapi mental juga), gmana enggak sejak jaman penjajahan bangsa kita sudah di set menjadi masyarakat yang bodoh oleh para penjajah…
konstruktif dari gw cukup kita mengkaji permasalahan….gmana caranya kita kembalikan kejayaan bangsa ini..toh sebelum bangsa ini dijajah bangsa kita adalah bangsa penjajah(saat jaman kerajaan) musium majapahit itu sampe Singapure loh boz…tapi jangan sampe pemahaman sistem kerajaan adalah unggul cz bgmnpun NKRI harga mati..(takutnya pengen pecah belah lagi ntar)…
ada solusi boz:
1. emang ni cerita basi siy..tapi asik..seru..dan patut dijadikan teladan. Tau Jepang gak bos?ketika Hirosima Nagasaki di Bom hampir 100 % seluruh sektor penting di Jepang lumpuh..Kaisar cuma tanya “berapa orang guru yang masih hidup?”..pendidikan PUENTING banget buad ngangkat bangsa,,jadi solusi 1 adalah punahin dulu 97 % persen penduduk Indonesia..terutama yang usianya 40 tahunan ke atas..yang udah dibilang masa produktifnya dah hampir kadaluarsa.baru para generasi muda ditanya ma pemimpin yang tersisa..”berapa orang yang siap jadi guru kualitas di Indonesia?”
2. Hapus sistem politik di Indonesia…ato paling ga rubah cara pandang bangsa ini tentang perpolitikan yang udah hampir 70 tahun bangsa ini laksanakan…jadi berimbas pula pada kebijakan demi kpentingan sejagat umat dalam arti yang sebenarnya…
tantang para praktisi, ilmuan, pembesar, pemimpin, atau siapapun yang turut menikmati oksigen gratis di bumi pertiwi ini..untuk memberi kontribusi tapi ga usah pake label namanya…alias NO NAME..dari hamba Allah…Ikhlas Lillahitaala
gampangnya….redam emosi kepentingan di bangsa ini….tapi gugah minat untuk berkarya yang nyata…temuan yang konkret dan manfaat…bukan cuma NDOBOS janji BOSOK!!!
December 7th, 2009 at 5:30 pm
maaf ikut nimbrung sedikit…
saya sebagai bagian kecil dari dunia pendidikan di indonesia, menyampaikan salut untuk artikel di atas dr mas nofie…saya tertarik dgn isi dari artikel tersebut krn dr dulu saya pengin tau sistem pendidikan di luar negeri atau eropa…mngkn yg perlu diperbaiki pertama kali adalah sistem pendidikan dari pusat atau dalam hal ini adalah departemen yg berkompeten dlm bidang pendidikan…guru-guru di Indonesia saya yakin sudah bagus karena skrng paling tidak harus berijazah S1 shg guru-guru tersebut sudah kenyang pengalaman dalam hal teori tentu saja tinggal penerapannya…saya sebagai tenaga pendidik mengalami kesulitan dalam mengikuti kebijakan dari pemerintah yang akhir-akhir ini “senang” membuat kebijakan baru (tiap tahun terbit standar kelulusan baru untuk UN)…lha gimana siswa mau semangat belajar,,,baru aja dengar standar kelulusan baru eeh muncul lagi kebijakan pemerintah untuk menaikkan standar kelulusan UN yang berakibat siswa menjadi pesimis dlu, jangan-jangan ngga lulus…mbok ya yang sabar pemerintah!!! bdw, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada pemerintah,,,saya akan mencoba sistem pendidikan di Finlandia untuk saya terapkan di kelas…mudah-mudahan berhasil…amiiiin…Majulah pendidikan di Indonesia…
December 16th, 2009 at 4:47 pm
bangsa Indonesia, bangsa yang kaya akan alam. tapi miskin akan pendidikan. because, masih banyak anak-anak bangsa yang tidak merasakan pendidikan, hanya belajar dari pengalaman. tapi, itu hanya sebongkah saya, tidak dapat diaplikasikan, sebab kekurangan kemauan dan beban mental yang terhalang oleh banyaknya faktor-faktor atau pengaruh lingkungan yang sangat bobrok bahkan (hancur), kendala pertama :
1. kurangnya kasih-sayang dari orang tua;
2. kurangnya perhatian orang tua kepada anak akan pendidikan yang sangat penting;
3. kurangnya perhatian pemerintah yang sangat atau kurang (adil) dalam bertindak;
4. kurangnya fasilitas dan mahalnya pendidikan yang tidak dapat di jangkau oleh masyarakat ekonomi bawah.
melihat dari sistem pendidikan Finlandia yang sukses dalam menjalankan pendidikan di negaranya, menjadikan negara tersebut, negara yang terbaik dalam bidang pendidikan dan dapat dikatakan negara-negara lain mengakui akan keberhasilan mereka.
Indonesia adalah negara Demokrasi, negara yang bebas memberikan pendapat yang objectif, tapi pada kenyataannya indonesia adalah negara yang penuh dengan janji-janji buta, janji-janji yang diungkapkan ketika mengharapkan sesuatu demi mencapai keinginan individu, amarah, ego dan pendapat semata, tanpa berfikir akan dampaknya pada masyarakat.
mari kita belajar dari sistem pendidikan Finlandia dan china..
jangan hanya memegang gelar sebagai prof, Dr, Ir, Drs, S.pd, dan gelar-gelar yang besar tapi tidak dapat bermanfaat. dan juga kepada guru-guru yang telah profesional baik juga kepada calon-calon guru, gunakan dan manfaatkan ilmu dan pengalaman yang objectif dalam bertindak dan pengaplikasian.
harapan kita bersama, mari kita sama-sama tingkatkan model pembelajaran yang terkhususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia tercinta. mencerdaskan anak bangsa dan membersihkan hati nurani kita dari sifat-sifat kekotoran.
kita berdo’a besama semoga pemerintah dapat lebih mementingkan pendidikan dan memberikan hak rakyat yang layak dan wajib untuk di berikan.
di Indonesia (rakyat) adalah tangan tuhan. tanpa rakyat negara tiada apa-apanya negara ini.
ingat…? kata Allah. Kunfayakun. (terjadi maka terjadilah)
tiada yang lebih kuat dan lebih berkuasa didunia ini kecuali Allah yang maha kaya.
December 29th, 2009 at 4:34 pm
Alhamdulilah saya dsapat masukan baru tentang pendidikan. Finlandia hebat, bagus, berarti tidak hanya gurunya,termasuk juga anak dan orang tuanya.
Dua hari yang laluy saya kedatangan orang tua /wali siswa. saya pikir mau memberi masukan untuk siswa, TERNYATA!!!!! meminta nilai anaknya dibikin 3,…..
betapa sakitnya perasaan ini tatkala ada orang tua yang mendewakan nilai rapor anaknya dibanding memperhatikan bagaimana anaknya belajar.
Mudah-mudahan orang tua yang menyekolahkan anak tidak mempunyai pikiran yang sama seperti diatas. Sehingga indonesia tidak hanya pinter di atas kertas tetapi pinter ssegalanya. Amiiin
January 29th, 2010 at 7:22 pm
makasih mas atas infonya……..
ya, saya sangat menyayangkan atas segala yang menjadi masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia. Keadaan Pendidikan di Indonesia sangat jauh dari kesempurnaan tujuan pendidikan. Pedahal Sistem Pendidikan Indonesia sangat bagus, cita-citanya sangat luhur. Namun untuk mencapai tujuan tersebut masih banyak halangan dan rintangan baik itu datang dari pendidik itu sendiri atapun dari sistem itu sendiri.
Sebenarnya indonesia mampu menjadi negara yang lebih maju. setelahnya memperbaiki sistem itu sendiri baik dari pihak pemeritah ataupun dari guru itu sendiri.
Masyarakat indonesi hanya sebagai pendikmat hasil orang lain. Orang Indonesia hanya menjadi konsumen dari beberapa produk orang lain.
Indonesia bangkit dong……
Para guru, kalo bukan kita siapa lagi yang dapat memberi harkat dan derajat Indonesia di mata dunia……
April 18th, 2010 at 1:18 pm
pendidikan di indonesia bisa diliat berkualitas apabila dari tatanan pemerintahan sudah benar melakukan kewajibannya….. yakni seperti yang diajarkan dalam dunia pedidikan saling menghargai dan membantu tanamkan sikap sosiallisme bukan penindakan-penindakan yang diluar kode etik
May 7th, 2010 at 10:22 am
mestinya skolah berfikir cara untuk membuat murid belajar dengan fun, agar murid tambah bersemangat belajar dan termtifasi… tp nyatanya banyak skola di indonesia yang malah membuat murid males belajar karena tekanan dari pihak skola.
May 10th, 2010 at 9:20 am
PELUANG USAHA PULSA BAGI SIAPA AJA..!
MURAH dipakai sendiri, UNTUNG di jual lagi..
Modal Awal Rp.50.000, Sudah Langsung Jualan ~ DAFTAR, GRATIS…!!!
Hub : 081374800275
May 10th, 2010 at 9:21 am
Mau Punya Usaha Sendiri..??
BISNIS PENDIDIKAN AJA…
Investasi Kecil,Resiko Kecil,Untung Dunia&Akhirat,,Kembali Modal Cepat,,
Hanya 3,9jt Langsung punya Lembaga Kursus
Hub : 081374800275
July 4th, 2010 at 9:08 am
bang.ijin copas ya.thanks